ismet-ali-1Ismet Ali
Master Coach Soft Skills

Negara tercinta saat ini men­galami krisis kepemimpinan. Buktinya, sangat sukar kita mendengar cerita sukses para pemimpin dari ber­bagai lembaga kedinasan baik di kabupaten ataupun Kotamadya. Salah satu con­tohnya, pemimpin PDAM di Kodya Bogor yang minggu lalu didemo karyawannya. Keadaan tersebut membuk­tikan sulitnya mendapatkan pemimpin yang memiliki integritas profesional. Baik sebelum maupun saat men­jabat.

Rakyat reformasi saat ini juga semakin cerdas. Mereka bisa menilai kepemimpinan efek­tif atau tidak efektif. Walaupun rakyat masih sulit mendeskripsi­kan “ciri-ciri kepemimpinan yang efektif ”.

 Sederhananya, kepemimpinan adalah kemampuan mengelola manusia. Mengelola manusia ti­dak seperti mengelola 4 sum­berdaya lainnya seperti: uang; material; metoda; dan mesin. Mengapa? karena setiap manusia itu unik. Bahkan 2 manusia yang berasal dari rahim yang sama saja bisa memiliki sifat dan keinginan yang berbeda.

BACA JUGA :  Pencok Kentang Betawi, Makanan Renyah yang Gurih Bikin Nagih

Pemimpin juga tidak boleh meng­abaikan masa lalu dan SARA. Sangat perlu mempertimbangkan perasaan, pemikiran, perkataan dan perbua­tan. Tujuannya agar SDM bisa dike­lola secara efektif.

Dalam kehidupan profesional, kompetensi kepemimpinan (Lead­ership Competency) sangat diperlu­kan untuk menciptakan keterikatan (Engangement) bawahan-pemimpin. Dalam hal ini kepala dinas itu harus bertindak sebagai manager sekaligus leader.

Ada 3 kemampuan yang harus dikuasai agar pemimpin efektif di dinasnya: 1). Mengarahkan (Di­rective), dimana pemimpin men­gatakan dan bawahan melakukan. 2). Konsultasi (Consultative), meng­gerakan bawahan, agar terlibat dalam keputusan pemimpin. 3). Pendelegasian (Delegatory), me­minta bawahan terlibat melaku­kan sebahagian tugas yang menjadi tanggungjawabanya.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Tumis Buncis dan Wortel yang Renyah dan Sedap

Efektifitas pemimpin memang terletak pada keahlian menggu­nakan kombinasi ketiga gaya den­gan derajat yang sesuai. Kapan harus lebih banyak menggunakan masing-masing gaya dalam kombi­nasinya sesuai dinas yang dipim­pinnya. Derajat kesesuaian itu ter­diri atas; kenyamanan pemimpin dan bawahan; jenis tugas yang ha­rus diselesaikan; dan tidak melang­gar ketentuan profesional (hukum, peraturan, juklak, sampai sistem manajemen ISO) yang diterapkan dinasnya. Ketika derajat kesesuaian ini dilanggar maka eksistensi pe­mimpin pun akan digugat.

============================================================
============================================================
============================================================