Untitled-10TAK banyak yang menyangka bahwa duel antara kesebelasan Celta Vigo melawan Real Ma­drid adalah duel kesebelasan papan atas. Namun nyatanya, sebelum laga digelar kedua kesebelasan ini memiliki poin yang sama, yaitu 18, di tabel klasemen sementara La Liga bersama Barcelona di puncak klasemen.

Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]

Rafa Benitez mengetahui betul bahwa Celta Vigo kini bukan tim sembarangan ketika berlaga di kan­dangnya. Barcelona pernah dihajar dengan skor mengenaskan 4-1 di Estadio Balaidos, markas dari Celta Vigo. Inilah yang membuat Benitez tak meremehkan kubu tuan rumah.

Akhirnya Real Madrid berhasil keluar se­bagai pemenang dengan hasil akhir 3-1. Ske­ma Benitez dalam memecah kepadatan ru­ang Celta Vigo di tengah berhasil membuat celah yang dimanfaatkan Madrid di sisi kiri.

Semenjak ditangani Luis Enrique dua musim lalu (2013-14), secara perlahan Celta Vigo mulai berkembang sebagai kesebelasan yang mampu membangun serangan sedari lini belakang lewat umpan-umpan pendek. Rafa Benitez memahami betul gaya permain­an ini.

Ketika Celta Vigo menguasai bola, Rafa Benitez menginstruksikan menekan bebera­pa penyerang Real Madrid untuk memaksa para pemain Celta membuat kesalahan den­gan melakukan umpan-umpan panjang tak terukur. Pressing Real Madrid yang memak­sa pemain belakang Celta Vigo memainkan bola di dekat area garis touchline juga men­jadi salah satu upaya membatasi dan mengu­rangi jalur operan dan akhirnya melepaskan umpan-umpan panjang yang mampu dianti­sipasi oleh gelandang bertahan Real Madrid.

Casemiro, yang kini terus dipercaya oleh Benitez untuk mengawal lini tengah sebagai gelandang bertahan, melakukan tugas-tugas­nya dengan sempurna bahkan menjadi awal mula terjadinya gol pertama Los Blancos le­wat kaki Cristiano Ronaldo. Upaya Casemiro yang menekan hingga garis tengah lapangan mampu mencuri bola dari pemain Celta yang mebangun serangan sebelum akhirnya diteruskan oleh Danilo dan Marcelo untuk membangun skema serangan gol pertama tersebut.

Permutasi Lucas Vazquez di sisi kanan menuju sisi tengah ketika Cristiano ikut membantu serangan juga mampu menarik keluar bek Celta Vigo Sergi Gomez untuk me­ninggalkan posnya. Akibatnya, kompaksi sisi defensif Celta Vigo ikut terganggu dan Ron­aldo mampu mengeksploitsi sisi kiri mereka yang begeser akibat pergerakan Vazquez. Skor 0-1 di menit ketujuh membuat Celta Vigo terlihat semakin tertekan.

BACA JUGA :  DPRD Desak Pemkot Selesaikan Masalah Kemiskinan dan Pengangguran di Kota Bogor

Kredit juga patut diberikan bagi Luca Modric yang juga tak jarang membantu per­tahanan Real Madrid dengan memposisikan dirinya sejajar dengan Casemiro sehingga membentuk formasi 4-2-3-1 di tengah-tengah pertandingan. Bahkan sekali waktu, Modric harus sejajar dengan Raphael Varane untuk memotong serangan Celta dan melakukan build-up serangan dari lini pertahanan send­iri. Ini mengapa kehadiran Modric menjadi krusial bagi lini tengah Real Madrid.

Pressing Celta Vigo di area pertahanan mereka sendiri memang sedikit bermasalah. Berkali-kali pemain bertahan dan gelandang bertahan mereka melakukan mewaspadai area sayap lawan ketika menciptakan ke­padatan untuk menghentikan jalur operan Real Madrid. Permutasi posisi yang sangat cair antara Lucas Vazquez, Cristiano, dan Jese Rodriguz juga berperan banyak dalam merusak upaya dari Celta ini.

Ketika gol kedua terjadi, bek tengah Cel­ta Vigo menyadari bahwa Vazquez dan Jese bergerak ke tengah dan empat pemain Celta Vigo melakukan superioritas jumlah pemain saat melakukan pressing untuk menutup jalur umpan dari Jese yang sedang mengua­sai bola. Celakanya, Danilo yang dari kejau­han melihat celah untuk disusupi berhasil masuk ke sisi kiri pertahanan Celta Vigo dan mencetak gol keduanya.

Permasalahan lainnya juga terdapat pada persentase mengkonversi peluang yang banyak tercipta sampai babak pertama usai. Jumlah 11 tembakan milik Celta Vigo berbanding empat tembakan bagi Real Ma­drid namun bisa menghasilkan dua gol ten­tu mengindikasikan finishing mereka yang kurang tenang.

Celta Vigo jelas bukan tanpa upaya meng­hadapi serangan-serangan Madrid. Pasca tu­run minum, mereka terus menggempur area pertahanan Real Madrid. Ini juga dipicu oleh reaksi dari tim tamu yang terkesan menu­runkan tempo mereka sejak unggul 2-0 le­wat gol Danilo sebelum turun minum.

Hanya saja Gustavo Cabral yang sudah mengantongi kartu kuning sebelumnya ha­rus rela diganjar kartu kuning kedua akibat melanggar Sergio Ramos. Unggul jumlah pemain, Real Madrid semakin menurunkan temponya.

BACA JUGA :  Agar Tak Mudah Sakit saat Puasa, 5 Minuman Ini Bisa Tambah Imunitas

Tapi Celta Vigo malah semakin menggila pasca berkurang personil mereka di lapan­gan. Nolito yang berperan sebagai peny­erang sayap kiri berkontribusi banyak bagi alur serangan Celta Vigo. Sebanyak enam kali Nolito mampu melakukan upaya take-ons dan setengahnya dilakukan di kotak penalti Real Madrid. Area yang dikawal oleh Danilo dan Varane menjadi sasaran empuk mantan pemain Barcelona B tersebut.

Indikasi ini terlihat dari alur operan pas­ca kartu merah dari Gustavo Cabral hingga peluit akhir dibunyikan, sisi kiri Celta Vigo yang dihuni oleh Nolito menjadi pusattu­juan dari operan-operan sebagian besar pemain Celta Vigo. Ini sangat timpang den­gan sisi kanan penyerangan Celta Vigo yang dihuni oleh Orellana yang sering bergerak ke tengah untuk sekadar melakukan ump­an ataupun menciptakan peluang. Sebagai catatan, tiga dari empat peluang Orellana dilakukan dari sisi tengah pertahanan Real Madrid. Real Madrid, bagaimanapun, san­gat tertolong dengan aksi-aksi Keylor Navas. Kiper berkebangsaan Kosta Rika ini, sekali lagi, menunjukkan kapasistasnya sebagai kiper jempolan di La Liga Spanyol. Penyela­matan darinya dan aksi brilian dari Marcelo saat menyapu tendangan Nolito di garis ga­wang merupakan titik krusial dari perjuan­gan Madrid pada laga ini. Jika saja Nolito bisa mencetak golnya lebih cepat daripapda yang ia buat pada menit 84, mungkin keadaan akan berubah drastis meski Celta hanya me­miliki sepuluh pemain saja.

Namun, keuntungan jumlah pemain dipahami betul oleh Rafa Benitez yang me­lihat celah ketika Celta Vigo melakukan gelombang serangan di sisa babak kedua. Ia menginstruksikan anak asuhnya untuk melakukan counter-attack memanfaatkan akurasi umpan Toni Kroos ataupun Isco yang masuk menggantikan Vazquez. Berkali-kali keunggulan jumlah pemain saat melaku­kan counter-attack hanya mampu dikonversi oleh Real Madrid hanya sebagai peluang saja. Sedangkan gol yang mereka harapkan untuk mengisolasi kemenangan baru hadir diujung pertandingan berkat sepakan Marcelo.

============================================================
============================================================
============================================================