Bersama N. Syamsuddin Ch. Haesy
APA modal utama bisÂnis? Bila pertanyaan ini ditujukan kepada Enzi Ferrari, pendiri pabrik supercar berlambang kuda jingkrak yang tersohor di dunia, itu jawabannya bukan uang. Modal utama bisnis menuÂrut Enzo adalah gagasan inovasi. Uang mengikuti kemudian.
Torre mengemukakan itu, sambil menunjuk gedung manaÂjemen pabrik. “Di gedung itu, Enzo dengan ruangan kerja yang kecil mengembangkan gagasanÂnya, dan meninggalkan kami pabrik sebegini luas,â€ungkap Torre. Sikap Enzo, itu diikuti oleh Luca, boss besar Ferrari kini.
Enzo mulai bekerja dengan sedikit temannya para insinyur mesin, selepas dia meninggalÂkan Alfa Romeo tahun 1929. Sembilan tahun Enzo bekerja di Alfa Romeo. Mulanya dia ingin bekerja di Fiat, tapi karena PerÂang Dunia (PD) I, Fiat tidak berencana menambah karyawan. Enzo sempat berfikir menjadi pembalap. Tapi, kemudian, dia meneruskan mimpinya : memproduksi mobil yang akan diberinya logokuda jingÂkrak. Â
Tahun 1930 dia mulai bisnisÂnya, meneruskan apa yang sudah dia lakukan di Alfa Romeo dengan mendirikan Scuderia Ferrari. SeÂlama hampir satu dasawarsa, Enzo mengelola daya cipta dan membuat rancangan dengan segala keterbaÂtasan, sambil menawarkan gagasÂannya kepada beberapa koleganya. Alfa Romeo setuju membiayai, tetap Enzo harus menggunakan merk Alfa Romeo 158. Mobil yang dirancang Enzo di Maranello, harus pula dikerjakan di pabrik Alfa, di Modena.
Tahun 1939, hubungannya denÂgan Alfa putus lagi. Dengan sedikit dana yang dia peroleh dari kontrak kerjanya dengan Alfa Romeo, dia mulai berproduksi di Maranello. Ferrari mulai memproduksi mobil dengan mesin 12 silinder. Tahun 1945, sejumlah mitra bisnis yang urun dana, mulai merasakan faeÂdah dari investasinya. Mereka terus mendukung Enzo.
Tahun 1947, Enzo meluncurkan mobil balap Ferrari 125 S. Mobil ini diimport oleh pembalap Luigi Chinneti yang tinggal di Amerika Serikat. Produk inilah yang menjadi pembuka jalan bagi Ferrari untuk terus eksis sebagai produsen superÂcar berkualitas, dan sohor di dunia. Dukungan investor terus menguat, saham Scuderia Ferrari kian laku.
Torre menjelaskan, setelah memproduksi supercar non balap selama tiga dasawarsa kemudian, dekade 80-an Ferrari menjadi proÂdusen supercar yang berada paling depan. Dekade ini adalah dekade kebangkitan Ferrari, yang ditandai dengan meluncurkan produk FerÂrari Testarossa. Produk ini menjadi idaman dunia. Posternya tersebar di berbagai negara.
Lantas lahirlah supercar Ferrari F40 yang diproduksi untuk memÂperingati 40 tahun perusahaan ini. Mobil dengan bodi serat karbon, panel Kevlar, dan sayap lebar, ini juga menjadi produk nomor wahid di dunia. Unit usaha lain yang memÂproduksi merchandise dan replika Ferrari tersebar ke mana-mana. Enzo memberi kesempatan sejumÂlah warga di Maranello bekerjasaÂma untuk membangun toko yang menjual merchandise Ferrari.
Pada dekade ini Enzo mencaÂpai puncak kejayaannya, sebelum akhirnya meninggal di ujung tahun (1988) pada usia 90 tahun. Enzo Ferrari yang sempat ingin bekerja di Fiat, membalik keadaan, karena pada dekade ini Fiat justru membeÂli hingga 90 persen saham Ferrari, dan baru melepas saham itu tahun 2015. Enzo merelakan sahamnya di perusahaan yang didirikannya hanÂya 10 persen saja, Piero – anaknya, hanya menduduki posisi sebagai vice president saja di Ferrari.
Enzo malah menarik Luca di Montezelomo, tahun 1991, untuk bergabung dan memegang kendali perusahaan, bersama Piero. GagaÂsan Enzo terus termanifestasi meÂlalui berbagai produk berkualitas yang memperkuat posisi Ferrari seÂbagai pabrik supercar nomor satu (numero uno) di dunia. Antara lain melalui Ferrari F50, F355 dengan mesin lebih kecil (V8) untuk memÂperkuat Testarossa (V12). Lalu, supercar kelas 230 mph yang diÂberi nama Enzo untuk mengenang pendiri Ferrari itu.