Oleh : Yoga Prasetia (Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor)

Pada tanggal 22 Desember 2018 sebagian bangsa Indonesia berduka atas peristiwa tsunami  yang manimpa masyarakat Banten dan Lampung. Peristiwa itu telah menelan banyak korban. Menurut Kepala Pusat Data Informasi, dan Humas BNPB yang diunggah di salah satu media online pada 25 Desember 2018 menyebutkan bahwa ada 429 meninggal dunia, 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.082 mengungsi.

Kenyataan ini menimbulkan banyak reaksi seperti ungkapan belasungkawa hingga memberikan bantuan-bantuan (uang, makanan, pakaian, dll) tentu dengan motif yang beragam (kemanusiaan ataupun keagmaan) dari masyarakat yang ada di daerah terjadinya tsunami maupun masyarakat Indonesia lainnya. Selain itu, tampak ada beragam pandangan sesorang dalam memandang terjadinya peristiwa ini. Hal itu dapat dilihat dengan beberapa ungkapan seseorang dalam perbincangan langsung maupun tidak langsung seperti yang tampak dalam beberapa postingan di media sosial.

BACA JUGA :  Cemari Aliran Sungai Ciliwung, Gudang Bahan Baku Sabun di Kota Bogor Disegel

Suatu ungkapan yang berbeda dalam memandang peristiwa yang sama adalah hal yang wajar, yang tidak wajar adalah berkelahi karena perbedaan sudut pandang. Ada tiga ungkapan atau pernyataan yang berbeda dalam melihat peristiwa yang telah terjadi di selat sunda (tentu ini bukan hal yang pertama kali terjadi) yaitu; (1). Tsunami merupakan fenomena alam yang dapat dipelajari kemungkinan-kemungkinan terjadinya dan bagaimana mengatisipasinya. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Turikin salah seorang ahli Ekologi dan Evolusi Krakatau dari LIPI yang dimuat di salah satu media beliau menjelaskan bahwa “kemungkinan terjadinya tsunami di Selat Sunda karena longsoran bahwa laut. Menurutnya, longsoran tebing bawah laut biasanya tidak menimbulkan gelombang besar. Namun, kondisi pasang air laut menyebabkan terjadinya gelombang tinggi. (2). Tsunami merupakan peristiwa yang diberikan Tuhan sebagai bentuk ujian kepada manusia yang senantiasa beribadah kepada Allah. Pernyataan ini diperkuat dengan menyebutkan ayat-ayat yang dalam kitab suci. Misalnya dalam salah satu ayat dalam Al-Quran [QS:Al-Baqarah: 155-156] yang artinya “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabra. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Innalillahi wa inna Ilaihi rooji1uun. (3). Tsunami merupakan azab yang diberikan Tuhan kepada manusia yang senantiasa melakuakan kerusakan di bumi. Ungkapan ini juga diperkuat dengan memberikan ayat dari kitab suci. Salah satunya dalam Al-Quran [QS: Ar-Rum: 30:41] yang artinya “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

============================================================
============================================================
============================================================