ZURICH, Today – Komite Etik FIFA menjatuhÂkan sanksi pada beberapa pejabat terasnya. Sepp Blatter, Michel Platini, dan Jerome Valcke dihuÂkum skors selama 90 hari, sementara kandidat presiden Chung Mong-joon disanksi enam tahun. Jatuhnya hukuman ini membuat Blatter, Platini dan Valcke tidak bisa terlibat dalam segala aktiviÂtas sepakbola. Hukuman mereka bisa ditambahÂkan 45 hari lagi jika dirasa dibutuhkan.
Keputusan Komite Etik FIFA menskors Sepp Blatter dan Michel Platini memunculkan kekaÂcauan di FIFA dan UEFA. Dengan mereka dilaÂrang terlibat dalam semua kegiatan sepakbola, siapa memimpin dua organisasi tersebut?
Blatter, Platini, dan Jerome Valcke diÂanggap sebagai tiga orang yang paling berkuasa di sepakbola saat ini. Selain kareÂna posisi strategis yang dimiliki, ketiganya juga punya pengaruh besar dan banyak koÂlega yang memberikan dukungan.
Namun, pada Kamis (8/10/2015) hari ini ketiganya dijatuhi hukuman skors semenÂtara oleh Komite Etik FIFA. Blatter, Platini, dan Valcke sama-sama diskors selama 90 hari. Hukuman mereka bisa mendapat tamÂbahan 45 hari lagi jika dirasakan perlu.
Pihak-pihak yang dihukum Komite Etik FIFA masih bisa mengajukan banding dalam waktu dua hari ke depan. Namun apa yang akan terjadi jika upaya banding ditolak? Siapa yang akan memimpin FIFA dan UEFA?
Berdasarkan Statuta FIFA, jika presiden FIFA tidak bisa menjalankan tugasnya, baik secara permanen atau sementara, maka posisinnya untuk sementara ditempati oleh wakil presiden yang memiliki periode jabatan paling panjang sampai kongres seÂlanjutnya digelar. Jika diperlukan, kongres akan memilih presiden baru.
Dengan ketentuan seperti itu maka jaÂbatan presiden FIFA untuk sementara wakÂtu akan ditempati oleh Issa Hayatou. Dia adalah Presiden CAF (Konfederasi SepakÂbola Afrika) yang sudah menjadi wakil PresÂiden FIFA sejak 1988. Demikian dikutip dari Eurosport.
Sayangnya, Issa Hayatou juga tak beÂbas dari kontroversi. Dia pernah ditegur Komite Olimpiade Internasional (IOC) kareÂna menerima suap dari perusahaan pemaÂsaran. Dia juga dituding menerima suap terkait hak siar Piala Dunia di tahun 1990- an, selain tuduhan lain bahwa dia menerÂima US$ 1,5 juta dari Qatar untuk biding Piala Dunia 2022. Semua tuduhan tersebut disangkal pria asal Kamerun tersebut.
Di negaranya sendiri, Hayatou (69 taÂhun), belum lama ini mengubah statuta federasi sepakbola di negaranya yang menÂgizinkan anggota komite eksekutif bertahÂan sampai usia 70. Dia berdalih mengubah statuta tersebut ‘supaya sejalan dengan statuta FIFA’.
Sementara di UEFA, posisi Platini untuk sementara akan ditempati oleh Angel Maria Villar Llona. Angel Maria Villar adalah wakil presiden UEFA yang juga menduduki kursi Presiden Asosiasi Sepakbola Spanyol. Villar saat ini termasuk orang yang diselidiki terÂkait kasus suap dan korupsi bidding Piala Dunia 2018 dan 2022.
(Adil | net)