BOGOR, TODAY—Ketidakstabilan nilai tukar dolar Amerika (USD), membuat pengusaha furniture harus berkerja keras. Harga barang properti naik di sebabkan USD yang semakin melemah. Mata uang Paman Sam tersebut seÂmakin lemah di kisaran Rp 13.600.
Bedasarkan data perdangangan Reuters, Selasa (2/2/2016) USD Selasa pagi dibuka meÂlemah ke Rp 13.617, dibandingkan posisi Senin (1/2/2016) di level Rp 13.635. USD bergerak naik-turun hingga menembus level tertingginya Rp 13.647. Namun, penguatan USD tersebut kembaÂli melemah hingga ke level terendah Rp 13.605.
Fluktuasi nilai tukar USD ini, berdampak cukup buruk terhadap pengusaha Ferry AtÂmakususma, pemilik Popop Galery. “Barang yang saya ambil rata-rata produk dalam negri, namun bahan bakunya impor. Harganya menÂgalami kenaikan,’’ katanya,
Sebagai contoh Ferry menyebutkan, triÂplek yang biasanya Rp140.000 sekarang mengijak Rp175.000, lem kayu yang biasa Rp 340.000 naik hingga menginjak Rp370.000. ‘’Hampir semua harga barang properti naik 15% hingga 25% karena harga bahan bakunya naik, maka harga furniture yang saya hasilkan saya sedikit mengalami kenaikan,’’ katanya.
Kenaikan harga tersebut, membuat daya beli masyarakat terhaÂdap furniture rumah tangga turun. Ini juga yang dialami Popop Galery, pelanggannya menurun begitu derastis. Menurut Ferry, anjloknya daya beli masyarakat bukan semata-mata karena fluktuasi nilai tukar USD, tetapi juga akibat tidak stabilnya perÂekonomian saat ini.
Namun, ketidakpastian pasar terseÂbut tidak membuat pengusaha ini berÂputus asa.. Dia tetap berusaha memepÂertahankan kualitas dan servisnya agar pelanggan tetap stabil dan tidak pindah kelain hati. “Walaupun dollar semakin naik, saya tetap kerja keras mengutaÂmakan kualitas furniture karena, terÂkadang banyak pengusaha kualitasnya menjadi melemah dengan turunya nilai mata uang rupiah. Walaupun, saya haÂrus sedikit menurunkan keuntungan tapi tetap mengutamakan kualitas dan jangan lupa keja keras, tekun itu kunci utama dalam berusaha,’’ katanya.
(Nadia-Unida)