BILA membaca buku-buku bergenre “militerÂismeâ€, tindakan/upaya kudeta hanya bisa dilakukan oleh pihak Militer. Polisi pun tak sanggup berbuat Kudeta. Keberhasilan kudeta tergantung 3 hal : logistik, penguasaan media dan dukungan negara adidaya. Dukungan negÂara adidaya tidak gratis. Negara adidaya menÂdukung karena motif politis. Demi jatah sumber daya energi dan aneka proyek infrastruktur. BuÂkan rahasia lagi, Amerika mendominasi penuh gunung emas di Irian jaya usai tergulingnya Sang ploklamator RI.
Di Mesir, Kudeta pertama kali terjadi pada tahun 1952. Kudeta tersebut menimpa raja Farouk. Kudeta yang cukup fenomenal juga menimpa Presiden Mohammad Mursy. KeberÂhasilan militer mengkudeta Mohammad Mursy dikarenakan terpenuhinya 3 hal tadi. Amerika, Israel dan sekutunya menyambut baik naiknya Jenderal as-Sisi usai berhasil menggulingkan presiden Mursy. Bagaimana dengan upaya KuÂdeta yang baru saja terjadi di Turki?
Mari kita bandingkan dengan kudeta 1965. Kita pakai teori mutakhir yang telah beredar seÂlama ini. Bila zaman Orde baru, PKI jadi aktor satu satunya, maka usai runtuhnya rezim Orde baru, bermunculan versi yang nampaknya lebih masuk akal. Kolonel abdul Latief dan Peter Dale- Scott dengan tegas menyatakan “The Smilling general†sebagai dalang Kudeta 1965.
Mengutip penjelasan Dr. Asvi warman Adam (Ombak, 2006), Proses kudeta yang beliau lakuÂkan adalah “Kudeta merangkak†dan strateÂgi Ngluruk tanpa Bala. Kudeta pertama diawali pada 30 september dan diakhiri dengan terbitÂnya Supersemar.
Peristiwa kudeta 1965 di Indonesia dan kuÂdeta 2016 di Turki ada kesamaan. Diantaranya : 1. Dilakukan salah satu faksi militer Angkatan darat, 2. Aktivitas militer dalam bidang politik dibatasi 3. Kudeta tersebut menelan korban jiwa baik aparat dan warga sipil yang tak paham apa apa.
Lantas bagaimana perbedaan kedua upaÂya kudeta tersebut? Kudeta 1965 dilakukan merangkak dan berhasil. Diduga kuat, Negara adidaya melalui badan intelijen CIA-nya terlibat sehingga aktor/dalang dibalik itu bisa berkuasa 3 dekade lebih. Usai merebut kekuasaan, ia menÂgawasi gerak gerik pers dan Korupsi berjamaah pula dengan kroni kroninya.