IMG_20160209_192025_HDRGCC berasal dari kata Green Circle Community, karena ko­munitas inilah yang mewadahi usaha yang sudah berjalan se­lama lebih dari 3 tahun. GCC didirikan sejak 2012 oleh Kenedhy Kinsy­afman Soemawinata.

GCC awal mulanya adalah wa­dah bagi yang memiliki hobi di alam bebas. Namun seiring per­ekonomian dan trend yang saat ini sedang memuncak menge­nai kegiatan alam bebas, Ken memutuskan untuk menja­dikannya sebaga peluang bisnis.

Persaingan dalam usaha, terutama usaha mikro seperti ini san­gat sulit. Karena ia ha­rus bersaing dengan tempat-tempat yang sudah besar dan memiliki customer tetap. “Terkadang dikarenakan stok barang yang kami miliki belum terlalu banyak, pelanggan-pelanggan yang in­gin menyewa dalam jumlah besar banyak mengurungkan niat­nya untuk menyewa pada kami. Pernah dalam satu bulan peralatan kami tidak ada yang menyewanya,” ungkap Ken kepada Bogor Today.

GCC menyewakan berupa tenda dome ukuran empat orang Rp 20.000, ukuran enam-tujuh orang Rp 30.000, fly sheet Rp. 10.000, sleeping bag Rp. 5.000, matras spon Rp. 3.000, ransel atau carrier Rp. 8.000, nesting Rp. 7.000, kompor gas Rp. 10.000, kompor spirtus Rp. 10.000, kompas Rp. 3.000, senter Rp. 5.000, dan lain-lain. Harga tersebut hanya untuk permalam.

“Kami yakin menjual lebih murah, bah­kan bisa disebut barang termurah se-Indo­nesia. Untuk kualitas jangan kuatir, kami menggunakan barang yang telah mempunyai brand yang teruji, tegasnya.

Sistem penjualan dengan media ele­ktronik, media cetak, dan lebih banyak melakukan pemasa­ran melalui perantara te­man yang memiliki hobi sama di bidang kegiatan alam. GCC tidak per­nah mengikuti bazar, tapi ter­kadang mener­ima sistem kerjasama bagi mer­eka yang mengajukan prosopasal kegiatan kepa­da GCC. Dengan catatan mereka dapat menggunakan alat GCC secara gratis, na­mun mereka harus memasang stand untuk mempromosikan peralatannya.

“Modal awal Rp 200.000, ditambah dengan patungan anggota sehingga Alham­dulillah terbeli item-item berupa tenda, sur­vival kit, misting, dan matras. Awal mula omset yang didapatkan perbulan sebesar Rp 200.000 perbulan, namun saat ini omset kami mencapai Rp 1.000.000 lebih setiap bu­lan,” lanjutnya.

Menurut Ken, kendala paling utama adalah pemasaran. Ia masih sulit di bagian ini, karena banyak penyewa lebih mengenal tempat-tempat penyewaan yang lebih besar. Kendala lainnya berupa peremajaan alat dan perawatan. “Pemasukan yang kami terima tidak sebanding dengan kerusakan yang dial­ami oleh barang yang telah disewa,” katanya.

“Walaupun GCC menyewakan alat, na­mun kami tetap mengutamakan komunitas diatas keuntungan yang kami dapatkan. Kami menjunjung tinggi sebuah moto yaitu, Caring the Environment starts with a good attitude and our Concern is an Invest­ment to save our en­vironment,” pung­kasnya .

(Hes­ti Amelia)

============================================================
============================================================
============================================================