WASHINGTON TODAYÂ – Pejabat militer Amerika Serikat dan Rusia mengadakan diskusi di Jenewa, Swiss, menjelang pertemuan PBB dengan sejumlah negara lainnya, dalam upaya mencari solusi atas perang saudara di Suriah yang telah memasuki tahun kelima.
Pertemuan bilateral kedua negara ini digelar pada Jumat (19/2/2016) tanpa pemberitahuan sebelumnya, dan bertujuan untuk mempersempit posisi sebelum kedua negara memimpin bersaÂma rapat PBB terkait masalah ini. Namun, para diplomat menolak memberikan rincian hal yang didisÂkusikan kedua negara. “Tujuan dari semua ini adalah agar Rusia dan Amerika Serikat memiliki panÂdangan bersama. PBB tampaknya akan mempromosikan gencatan senjata dan implementasi, dan akan bernegosiasi dengan berbagai pihak,†ujar seorang diplomat yang dekat dengan masalah ini kepada Reuters. Diplomat itu menolak naÂmanya dipublikasikan.
Juru bicara PBB, Michele ZacÂcheo mengungkapkan bahwa utuÂsan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, telah kembali dari kunjunÂgannya ke Damaskus dan turut amÂbil bagian dalam diskusi AS-Rusia melalui jaringan video. Zaccheo menyatakan pertemuan Kelompok Internasional Pendukung Suriah dengan skala yang lebih besar akan berlangsung di PBB pada Jumat sore.
Kantor berita Interfax, mengÂutip Wakil Menteri Luar Negeri RuÂsia, Mikhail Bogdanov menyatakan pada Kamis (18/2) bahwa Moskow berharap kesepakatan tentang genÂcatan senjata di Suriah akan tercaÂpai pada Jumat.
Rusia memulai serangan udara di Suriah pada September lalu unÂtuk membantu sekutunya, PresÂiden Bashar al-Assad dalam meÂmerangi kelompok militan. Rusia mengklaim bahwa serangan udara yang mereka meluncurkan menÂargetkan kelompok militan seperti ISIS dan Front al-Nusra. SemenÂtara AS dan negara-negara Barat menuding Rusia juga menggempur kelompok pemberontak moderat yang didukung Barat.
Terdapat juga sejumlah laporan warga sipil Suriah tewas karena seÂrangan udara Rusia maupun koalisi internasional yang dipimpin AS. Perundingan perdamaian Suriah yang sempat terhenti akan digelar kembali pada 25 Februari menÂdatang. Namun menurut Mistura, jadwal tersebut tidak realistis. “Kita perlu persiapan 10 hari. Namun pembicaraan [ini] dapat berhasil jika bantuan darurat [dapat dikirÂimkan] dan kita menerapkan genÂcatan senjata,†de Mistura kepada media Swiss, Svenska Dagbladet.
(Yuska Apitya/net)