Untitled-13GIZI Buruk masih menjadi momok bagi Kabupaten Bogor. Meski mengalami penurunan kasus dari tahun sebelumnya sebanyak 108 kasus menjadi 82 saja di tahun 2015, Dinas Kesehatan (Dinkes) menginginkan peran aktif dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya.

RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]

Bupati Bogor, Nurhayanti mengatakan, dirinya su­dah mengkoordinasikan seluruh SKPD untuk ikut turun bersama menangani gizi buruk ini.

“Sudah dikoordinasikan, sela­ma ini sudah berjalan sesuai tugas pokoknya masing-masing,” singkat Nurhayanti lewat pesan singkat ke­pada Bogor Today, Senin (7/12/2015).

Kepala Bidang Pembinaan Kes­ehatan Masyarakat pada Dinkes Ka­bupaten Bogor, Rosnila Davy Siregar mengungkapkan, untuk mengen­taskan gizi buruk ini, peran Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Trans­migrasi (Dinsosnakertrans), Dinas Pendidikan (Disdik) serta Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) sangat diperlukan.

“Peran lintas sektor sangat pent­ing. Karena gizi buruk ini kan tidak datang tiba-tiba. Nah, peran BPMPD untuk mengetahui status gizi anak saat di posyandu. Informasi bisa didapatkan dari kecamatan, lurah atau desa,” kata Davy.

Menurutnya, peranan Dinkes dalam menangani gizi buruk akan semakin mudah jika desa dapat me­maksimalkan Dana Desa (DD) untuk mengobati. “Kalau ditemukan satu balita gizi buruk, langsung buru-buru ditangani dengan uang itu,” tandasnya.

BACA JUGA :  Pengamen Jalanan di Cileungsi Bogor Ditemukan Tak Bernyawa

Sementara Kasi Gizi pada Dinkes Kabupaten Bogor, Dewi Dwinurwati Wahyuni menam­bahkan, dengan kuatnya ker­jasama lintas sektor, dapat mengurangi gizi buruk yang berulang pada satu balita yang sama.

“Jadi jangan cuma diobati. Kita jangan bicara anggaran. Ini bagaimana peran kita di pemerinta­han Kabupaten Bogor bisa maksimal dalam memerangi gizi buruk ini, karena semua punya peranan pent­ing,” kata Dewi.

Menurutnya, koordinasi lintas sektor masih belum maksimal. “Kita sampai buat berita acara komit­men lintas sektor dalam penang­gulangan gizi buruk. Tapi ap­likasi dilapangan memang masih kurang,” tandasnya.

Ia mengatakan, dari 82 kasus, beberapa kecamatan mas­uk dalam daftar terbanyak kasus gizi buruk. Seperti Parungpanjang lima kasus, Jasinga, Caringin dan Tenjo tiga kasus, Cibungbulang, Ke­mang, Gunungputri dan Cijeruk em­pat kasus serta Kecamatan Cisarua enam kasus. “Nah sisanya itu terse­bar di 40 kecamatan. Beberapa juga sudah berhasil ditangani kok,” lan­jutnya.

Jumlah balita di Bumi Tegar Beri­man yang mencapai 500 ribu jiwa juga menjadi kendala bagi Dinkes dalam mengawasi mereka. Maka itu, Dewi meminta masyarakat untuk sa­dar akan pentingnya Posyandu. “Ka­rena bagaimanapun mereka yang lebih tahu kondisi keluargan­ya,” kata Dewi.

BACA JUGA :  Pengamen Jalanan di Cileungsi Bogor Ditemukan Tak Bernyawa

Dinkes sendiri telah melakukan upaya pencegahan dengan kegiatan bulan menimbang serentak, distribu­si vitamin A, pemantauan garam beri­odium serta konseling konsultasi gizi di puskesman di setiap kecamatan.

“Kalau penanganan, ada seperti membentuk pusat klinik gizi, untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Lalu, pemberian ma­kanan tambahan pemulihan bagi balita gizi buruk dan kepada para ibu hami supaya tidak melahirkan anak gizi buruk,” pungkasnya.

Terakhir, empat anakn di Kam­pung Pabuaran, Desa Babakan, Ke­camatan Tenjo mengalami gizi bu­ruk, yakni Ati (3) dengan berat 6,6 kilogram, Sinta (10) 15 kilogram, Su­meti (11) 16 kilogram dan Farida (14) 6,5 kilogram.

“Posyandu di wilayah sini tidak rutin. Makanya seminggu sekali kami para relawan, rutin memberi makanan bergizi dan penim­bangan,“ ujar aktifis sosial kemasyaraka­tan Komunitas Rela­wan Peduli Bogor Barat, Uun. (*)

============================================================
============================================================
============================================================