Untitled-22HARGA beras di sejumlah pasar tradisional di Jabodetabek cenderung naik. Begitu juga harga bawang dan cabai rawit tembus Rp 50.000. Curah hujan di sejumlah daerah pemasok menjadi pemicunya. Para spekulan mulai memainkan pasar.

ABDUL KADIR BASALAMAH|YUSKA
[email protected]

Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperin­dag) Kota Bogor, Mangahit Sinaga, mengatakan, saat ini yang menunjukkan grafik kenaikan adalah cabai rawit dan bawang merah. Sementara beras, masih relatif stabil, namun ada potensi kenai­kan karena curah hujan di berbagai dae­rah pemasok gabah.

“Kenaikan harga bawang karena di­pengaruhi cuaca yang tidak menentu di beberapa daerah penghasil bawang, sehingga tidak dapat memenuhi stok ke­butuhan di Kota Bogor,” kata Mangahit, Rabu (9/2/2016) petang.

Data harga-harga di Dinas Perin­dustrian dan Perdagangan Kota Bogor, menyebutkan harga cabai merah besar, cabai merah keriting, dan cabai rawit merah men­embus level Rp 50.000 per kilogram dari se­belumnya sekitar Rp30 ribu.

Selain itu harga bawang merah juga naik dari biasanya Rp28 ribu per kg kini menjadi Rp30 ribu. Demikian pula dengan harga bawa­ng putih mencapai Rp30 ribu per kg.

Sedangkan harga cabai dan bawang, harga daging ayam masih bertahan di harga Rp35 ribu per kg, kenaikan justru terjadi pada ayam kampung dari Rp45 ribu menjadi Rp60 ribu kg. Kenaikan ini disebabkan kebutuhan pakan yang tinggi selama musim penghujan.Jakarta Sudah Naik

Sementara, di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), harga beras sudah naik hingga Rp 400 per kilogram. Kenaikan beras terjadi dalam 4 hari terakhir di awal Maret 2016.

Menurut salah satu pedagang di PIBC, Ayong, beras mengalami kenaikan harga ke­tika sampai di Jakarta. Selama ini Ayong me­masok beras dari Indramayu, Cirebon, dan Karawang. “Begini, kan beras dari Jawa tuh lagi pada panen. Tapi kenyataannya kok pada naik,” ujar Ayong, di Pasar Induk Beras Cipi­nang, Rabu (9/3/2016).

Beras jenis IR 64 yang merupakan beras jenis murah biasanya dijual seharga Rp 7.400/kg, kini Ayong menjualnya seharga Rp 7.800/kg. “Naik 400 rupiah dalam beberapa hari ini saja,” kata Ayong.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Sabtu 20 April 2024

Oleh sebab itu, Ayong meminta Perum Bulog segera operasi pasar kembali sehingga harga bisa turun. “Sebaiknya ada operasi pas­ar lagi,” pinta Ayong.

Beras Ilegal Menyebar

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian, menggelar inspeksi ke kawasan pergudangan Elang Laut, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Di lokasi ini ditemukan beras illegal asal Vietnam yang dikemas dalam ka­rung palsu.

Menurut Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, Nellys Soekidi, keberadaan beras ilegal itu patut di­pertanyakan karena seharusnya cuma Bulog yang mengimpor beras jenis medium. Be­ras yang diimpor Bulog masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang. “Kalau yang di Cipinang itu dengan tingkat kepecahan (broken) 5%-15% dari Vietnam dan Thailand yang berhak impor hanya Bulog, kalau di luar itu ada beras masuk (jenis lain) itu patut dipertanyakan,” ujar Nel­lys, Rabu (9/3/2016).

Selain Bulog, pihak swasta juga bisa mengimpor beras. Namun, hanya beras khu­sus atau premium seperti Thai Hom Mali dari Thailand, dan Taj Mahal serta Basmati dari India. Beras premium itu dipasok untuk kebu­tuhan hotel, restoran, dan kafe.

Dia menambahkan, untuk mengetahui beras impor itu ilegal atau tidak yaitu dengan mengecek dokumen impor dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. “Dokumennya dicek lagi apakah ada doku­men Kementerian Pertanian keluarkan izin penambahan kuota, setelah itu dicek juga dari Kementerian Perdagangan apa keluarkan izin untuk impor. Setahu saya, Kementan sudah ti­dak mengeluarkan izin impor beras kecuali ke Bulog,” kata Nellys.

Saat inspeksi mendadak di komplek pergudangan Pantai Indah Kapuk, Selasa (8/3/2016), ditemukan sebanyak 345 ton beras impor ilegal. Ratusan ton beras masih dalam karung putih, sementara sisanya sudah dikemas dalam berbagai merek.

Kapolda Metro Jaya, Tito Karnavian men­gungkapkan, impor beras ini diduga telah di­lakukan sejak lama. Beras impor ilegal tersebut dijual kemasan dalam berbagai ukuran dan merek. “Ini merugikan masyarakat karena ma­syarakat ini kan beli berasnya sudah diberi label jadi seolah dari merek pabrik atau perusahaan tertentu, padahal kan tidak. Kita lihat tadi su­dah dikarungi dengan merk tertentu, padahal mereknya tidak begitu,” jelasnya, kemarin.

BACA JUGA :  Laga Penentuan Timnas Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024

Selain merugikan masyarakat karena pe­malsuan kemasan, lanjut Tito, impor beras ilegal ini juga merugikan petani lokal karena beras yang merembes ke pasar ikut membuat harga beras jatuh, apalagi saat ini telah me­masuki masa panen raya. “Selain diedarkan pada masyarakat, ini juga berdampak pada petani sendiri karena harganya bisa jatuh,” ujar mantan Kepala Densus 88 Anti Teror ini.

Terpisah, Menteri Pertanian, Amran Su­laiman menyebut, pelaku impor beras ilegal akan ditindak tegas mengingat beras impor merembes ke pasar saat panen raya tengah berlangsung.

“Pelakunya kata (polisi) lari ke Singapura. Berasnya disita, pelakunya kami minta ditin­dak tegas. Ini sangat mengganggu produksi, di mana saat ini memasuki panen puncak, dan harga beras saat ini sudah turun 20-30%. Ka­lau ini beredar akan menekan harga di tingkat petani,” jelas Amran.

Amran mengungkapkan, pengungkapan sindikat beras impor ilegal mulai diintensifkan setelah dirinya meminta Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti, menggencarkan pemberan­tasan beras impor yang masuk secara ilegal.

Menurut Amran, sudah beberapa anom­ali harga beras terjadi, salah satunya disebab­kan oleh masuknya beras impor ilegal. “Kita harus jaga petani, jangan sampai anjlok ter­lalu jauh. Dengan melihat disparitas dari pro­dusen ke konsumen kemudian tiba-tiba ada limpasan (kelebihan) beras di pasar sampai 100%, kita lihat itu kan anomali,” jelas Amran.

Termahal di Dunia

Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Bustanul Arifin, mengatakan, harga beras di Indonesia tergolong termahal di dunia meski telah diimbangi dengan pen­ingkatan subsidi pupuk dan subsidi benih. “Ini yang membuat negara-negara produsen be­ras ramai-ramai ingin memasukkan beras ke Indonesia,” ujarnya, kemarin. (*)

============================================================
============================================================
============================================================