BOGOR, TODAYÂ – Sejumlah pengusaha warteg di Kota Bogor mengeluhkan naiknya harga jenÂgkol yang melebihi daging ayam.
Salah satu pedagang di Jalan Pemuda, Kota Bogor, Imah (42) mengaku sudah menjual lagi hidangan jengkol lantaran hargÂanya yang terus melonjak.
“Harga jengkol lebih mahal dari harga ayam,†kata Imah saat ditemui, Jumat (11/3/2016).
Menurutnya, harga jengkol meroket dari yang biasanya Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram, menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Sementara harga ayam potong per kilonya hanya Rp 30 ribu.
“Kalau Rp 35 ribu mana sanggup saya beli, padahal banÂyak yang menanyakan jengkol. Tapi saya tidak kuat belinya,†kata dia.
Tuti yang sudah berjualan warteg sejak 2003 ini biasa membeli jengkol atas perminÂtaan pelanggannya. Untuk berÂbelanja kebutuhan warteg ia beÂlanja di Pasar Jambu Dua. Sehari ia biasa membeli dua kilogram.
Menurut ibu satu anak terseÂbut, jika ia membeli jengkol dua kilo seharga Rp 70 ribu, ia tidak mendapatkan keuntungan dan sulit untuk menjual.
Pelanggannya hanya buruh kerja dan ibu rumah tangga yang kebanyakan membeli seharga Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per porsi.
“Kalau harganya Rp 35 ribu per kilo, saya mau jual berapa. Kalau yang beli cuma Rp3.000 berat saya ngasihnya berapa biji, kalau beli Rp 5.000 paling saya cuma bisa kasih empat biji, itu pun banyak yang protes. Saya juga tidak tahu kenapa harganya mahal, apa karena pengaruh hujan, atau memang lagi sedikit produksinya,†kata dia.
Selain karena mahalnya harÂga jengkol, ia juga dipusingkan dengan harga cabai yang terus melambung. Cabai merah beÂsar yang pekan lalu Rp 40 ribu pe kg, kini menjadi Rp 58 ribu per kg.
Cabe rawit merah juga berÂtahan Rp 48 ribu, cabai rawit hijau Rp 36 ribu. Bawang merah dari Rp 28 ribu kini menjadi Rp 43 ribu, begitu juga dengan bawang putih Rp 40 ribu per kg.
“Pusing harga sekarang, caÂbai dan bawang mahal semua, padahal itu bahan yang paling penting. Kalau cabai dan bawaÂng sudah mahal begini, beban kita mau jualan,†katanya.
(AbÂdul Kadir Basalamah|Yuska)