81AK2015050704JAKARTA, TODAY— Harga minyak dunia terus turun. Bah­kan, saat ini sudah di bawah USD 40 barel per hari. Hal ini mem­buat pemerintah akan melakukan evaluasi harga bahan bakar minyak (BBM), khu­susnya Premium dan Solar yang kemungki­nan mengalami penu­runan harga.

“Ya Premium kan per 3 bulan ya, itu tanggal 1 Januari kita evaluasi lagi,” kata Direk­tur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementeri­an ESDM, IGN Wiratmaja Puja, di Kantor Pusat PT Pertamina (Persero), Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2015). Wiratmaja menyebut, kemung­kinan harga Premium dan Solar bisa saja turun, bila melihat tren penurunan harga minyak yang cukup signifikan dalam beberapa pekan terakhir. “Insya Allah bisa turun, nanti Pak Menteri ESDM yang menjelaskan. Tapi sudah kita hitung, sudah kita analisis, sudah ditentukan parametenya,” ung­kapnya.

BACA JUGA :  Menu Diet dengan Sup Sayuran Kuah Bening yang Rendah Lemak

Ia menambahkan, penurunan harga BBM tentunya akan men­dorong perekonomian Indonesia khususnya di wilayah timur In­donesia. “Harga lebih rata. Nanti disampaikan Pak Menteri,” tutup Wiratmaja.

Terpisah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, mengatakan, turunnya harga min­yak dunia berdampak pada turun­nya pendapatan perusahaan hulu minyak dan gas bumi (migas), di sisi lain membuat harga produk bahan bakar minyak (BBM) men­jadi lebih murah. “Sayangnya, saat harga BBM global sedang murah, kurs dolar Amerika Serikat (AS), mata uang yang digunakan untuk membeli BBM impor naik cukup tinggi,” kata dia.

“Harga minyak terus turun saat ini di level terendah dalam dua tahun, terakhir di bawah USD 40 per barel. Setelah harga agak membaik, justru kurs rupiah men­galami tekanan lagi, karena isu The Fed. Sekarang di atas 14.000 lagi,” ungkap Dwi.

BACA JUGA :  Kontroversial Wasit di Laga Indonesia vs Qatar, PSSI Layangkan Protes ke AFC

Ia menambahkan, ketergan­tungan impor BBM terutama Pre­mium nasional masih cukup tinggi, sementara hampir rata-rata usia kilang yang dikelola Pertamina su­dah tua, sehingga kurang efisien. “Sekarang, speck kilang kita masih kompleksitasnya rendah, ini mem­buat kita sangat krisis. Sehingga kita harus ambil langkah lebih dalam dibandingkan pemain du­nia (perusahaan migas lain). Kita harus lebih efisien,” kata Dwi.

USD kemarin tembus Rp 14.065. Rencana The Federal Re­serve (The Fed) menaikkan suku bunga masih jadi faktor penguatan USD. Sementara, harga minyak dunia belum berhenti turun. Se­lama 7 hari berturut-turut, harga minyak dunia turun, dan kemarin mendekati tingkat terendahnya dalam 11 tahun terakhir.

(Yuska Apitya/dtkf)

============================================================
============================================================
============================================================