JAKARTA, TODAY— Harga minyak dunia terus turun. BahÂkan, saat ini sudah di bawah USD 40 barel per hari. Hal ini memÂbuat pemerintah akan melakukan evaluasi harga bahan bakar minyak (BBM), khuÂsusnya Premium dan Solar yang kemungkiÂnan mengalami penuÂrunan harga.
“Ya Premium kan per 3 bulan ya, itu tanggal 1 Januari kita evaluasi lagi,†kata DirekÂtur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, KementeriÂan ESDM, IGN Wiratmaja Puja, di Kantor Pusat PT Pertamina (Persero), Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2015). Wiratmaja menyebut, kemungÂkinan harga Premium dan Solar bisa saja turun, bila melihat tren penurunan harga minyak yang cukup signifikan dalam beberapa pekan terakhir. “Insya Allah bisa turun, nanti Pak Menteri ESDM yang menjelaskan. Tapi sudah kita hitung, sudah kita analisis, sudah ditentukan parametenya,†ungÂkapnya.
Ia menambahkan, penurunan harga BBM tentunya akan menÂdorong perekonomian Indonesia khususnya di wilayah timur InÂdonesia. “Harga lebih rata. Nanti disampaikan Pak Menteri,†tutup Wiratmaja.
Terpisah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, mengatakan, turunnya harga minÂyak dunia berdampak pada turunÂnya pendapatan perusahaan hulu minyak dan gas bumi (migas), di sisi lain membuat harga produk bahan bakar minyak (BBM) menÂjadi lebih murah. “Sayangnya, saat harga BBM global sedang murah, kurs dolar Amerika Serikat (AS), mata uang yang digunakan untuk membeli BBM impor naik cukup tinggi,†kata dia.
“Harga minyak terus turun saat ini di level terendah dalam dua tahun, terakhir di bawah USD 40 per barel. Setelah harga agak membaik, justru kurs rupiah menÂgalami tekanan lagi, karena isu The Fed. Sekarang di atas 14.000 lagi,†ungkap Dwi.
Ia menambahkan, keterganÂtungan impor BBM terutama PreÂmium nasional masih cukup tinggi, sementara hampir rata-rata usia kilang yang dikelola Pertamina suÂdah tua, sehingga kurang efisien. “Sekarang, speck kilang kita masih kompleksitasnya rendah, ini memÂbuat kita sangat krisis. Sehingga kita harus ambil langkah lebih dalam dibandingkan pemain duÂnia (perusahaan migas lain). Kita harus lebih efisien,†kata Dwi.
USD kemarin tembus Rp 14.065. Rencana The Federal ReÂserve (The Fed) menaikkan suku bunga masih jadi faktor penguatan USD. Sementara, harga minyak dunia belum berhenti turun. SeÂlama 7 hari berturut-turut, harga minyak dunia turun, dan kemarin mendekati tingkat terendahnya dalam 11 tahun terakhir.
(Yuska Apitya/dtkf)