NIGHT-STREET-2PASAR properti di Indonesia diprediksi bakal kembali mengalami peningkatan di tahun depan. Menurut hasil riset Indonesia Property Watch (IPW) akan ada kenaikan rata-rata harga jual properti sepanjang tahun 2016 sebesar 5%-10%.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Pada 2016 akan mu­lai fase baru, sesuai siklus 3-4 tahun, akan booming lagi di 2020. Tahun depan (2016) kenaikan harga properti diprediksi mencapai 5%-10%,” ujar Direktur Ekseku­tif IPW, Ali Tranghanda dalam paparan di acara Mandiri Prop­erty Outlook 2015 di Shangri La Hotel, Jakarta, Senin malam (7/12/2015).

Kenaikan harga prop­erti tahun depan, kata dia, didorong oleh pesatnya pembangunan infrastruk­tur yang dilakukan pemer­intah mulai tahun 2015 ini dan mulai dirasakan dam­paknya pada pertengahan 2016 mendatang. “Real­isasi belanja infrastruktur memang tidak akan pesat, namun itu cukup untuk merangsang pergerakan harga properti,” kata dia.

Prediksi kenaikan harga tahun depan pun menjadi titik balik tanda pasar properti telah memasuki fase baru. Di mana, tahun 2014-2015 pertumbuhan harga properti berada pada ti­tik terendahnya karena pasar properti yang semula dikuasai kalangan Investor sudah mulai mengalami kejenuhan.

Tak hanya mengalami ke­naikan. Dalam 5 tahun ke de­pan pun harga yang terben­tuk di pasar properti akan lebih sehat karena didomi­nasi oleh pembeli rumah pertama alias kelompok ma­syarakat yang benar-benar membutuhkan rumah untuk tempat tinggal.

Sementara itu, dalam 5 ta­hun terakhir menurut Ali pasar properti lebih didominasi kalan­gan investor sehingga harga yang terbentuk cenderung lebih tinggi dari harga sebenarnya. “Banyak yang overvalue, harga normal itu perbedaan antara primer dan sekunder 5%-10%, di atas itu gak normal,” pungkasnya.

Pilih Segmen Atas

Tingginya permintaan hu­nian di segmen menengah bawah diprediksi men­jadi primadona di 2016, namun belum direspons serius oleh kalangan pengembang. Ali mengatakan, pengembang saat ini masih lebih suka bermain di segmen atas. Saat ini segmen pasar perumahan mencakup menengah bawah kurang dari Rp 300 juta, menengah Rp 300-750 juta, menengah atas Rp 750 juta-1 miliar, dan atas di atas Rp 1,5 miliar.

Menurut Ali, pengembang masih mengincar profit yang lebih tinggi dari pasar prop­erti di segmen menengah atas ketimbang segmen menengah dan bawah yang profit­nya lebih rendah. Padahal segmen menengah atas pas­arnya turun, sedangkan pasar menengah bawah terus tum­buh. “Segmen menengah ma­sih primadona. Tapi pengem­bang masih kekeuh bermain di menengah atas,” kata Ali.

Padahal menurutnya, bila dilihat lebih jeli pasar properti di segmen menengah bisa jadi ‘juru selamat’ di tengah perlam­batan ekonomi yang diprediksi masih akan berlangsung hing­ga tahun depan.

============================================================
============================================================
============================================================