Hari di mana umat Hindu Bali dan umat Hindu lainnya di Indonesia melakukan introspeksi dan] keÂsadaran diri untuk lebih mendekatkan diri kepada para Dewa (baca: Brahma, ShiÂva, Vishnu)
Nyepi dirayakan pada hari ini, Rabu 9 Maret 2016 sesuai dengan penanggalan kalenÂder Saka.
Tidak seperti perayaan tahun baru internasional atau tahun baru Cina dengan berbÂagai aktraksi, Hari Raya Nyepi bagi masyarakat Bali lebih kepada momen berdiam diri di rumah atau merenungkan diri.
Nyepi atau Sepi berarti tidak melakukan aktivitas apa pun. Tujuan utama perayaan Nyepi adalah untuk melakukan ibadah kepaÂda para Dewa yang dalam terminologi Hindu disebut sebagai Ida Sanghyang Widhi Wasa. Nyepi adalah melakukan penyucian Bhuana Alit yang terdiri dari alam, manusia/mikroÂkosmos serta Bhuana Agung/makrokosmos atau alam semesta.
Nyepi berlangsung mulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari pada keesokkan hari. Umat Hindu di Indonesia, yang kebanyakan berada di Jawa Timur dan Bali biasanya akan melakuÂkan puasa sebagai bentuk penyucian jiwa dan pikiran mereka.
Nyepi berarti melakukan introspeksi dan kesadaran diri. Ada beberapa aturan yang harus dilakukan yang disebut sebagai Catur Brata Penyepian yang terdiri dari 3 unsur yaitu:
Amati Geni atau Tidak ada Api yang artinya Tidak boleh ada Amarah sepanjang hari.
Amati Lelanguan atau Tidak ada KegÂiatan yang artinya hanya boleh tinggal di rumah saja, daripada bepergian melakuÂkan kesenangan di luar rumah.
Amati Karya atau Tidak Bekerja yang artinya Tidak Bekerja seperti yang kita lakukan setiap hari.
Sejarah perayaan Nyepi bermula dari kemenangan Suku Saka yang dipimpin oleh Raja Kaniskha I yang dinobatkan pada tanggal pertama, bulan pertama, serta taÂhun perÂt a Âma Saka, yang diartikan sebagai bulan Maret di tahun 78 Masehi.
Setelah itulah, umat Hindu Bali merayÂakan Tahun Baru Saka sebagai hari KebangÂkitan, hari Toleransi, hari Perubahan, hari Kebersamaan, hari Perdamaian dan hari PerÂsatuan Nasional.
Nyepi dipercaya sebagai hari penyuÂcian para Dewa yang bersemayam di tenÂgah lautan yang membawa intisari air bagi kehidupan manusia. Itulah mengapa, umat Hindu Bali melaksanakan tradisi Ogoh-ogoh, patung yang melamÂbangkan mahluk raksasa dengan penampilan yang menyeramkan serta ganas yang diarak keliling desa. Patung raksasa ini akan digerak-gerakan oleh para pengusungnya selama arak-arakan berlangsung sehingÂga terÂlihat seperti bergoyÂang atau menÂari sebeÂlum dilarungkan ke laut untuk membebaskan roh-roh jahat. Upacara Ogoh-ogoh ini dilakuÂkan sehari sebelum perayaan Nyepi. Usai perayaan ini, umat Hindu Bali diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam berpikir, berbicara, maupun bertindak setelah melakukan introspeksi dan kesadaÂran diri selama Nyepi.
Tahun ini, perayaan Nyepi bertepatan dengan Gerhana Matahari Total yang berÂlangsung sangat jarang dan hanya ada setiap 300 atau 350 tahun sekali dan membuat seÂjarah baru dalam perayaan Nyepi.
Tahun ini pula, Nyepi memberikan ide cemerlang bagi semua orang di dunia untuk menyelenggarakan Hari Nyepi Sedunia pada setiap tanggal 21 Maret dan sebagai konsekwensinya, seluruh masyarakat dunia tidak akan melakukan kegÂiatan di luar rumah dan akan mematiÂkan l a m p u – l a m p u selama 24 jam pada tanggal tersebut.
Masyarakat Bali telah mengurangi poÂlusi udara di dunia dan menghemat pengÂgunaan listrik hingga 60% selama satu hari perayaan Nyepi. Setiap orang harus tinggal di rumah dan bahkan pemerintah setempat menutup kegiatan di bandara, kecuali untuk pelayananambulans.
Satu hari menjelang hari raya nyepi apakah pura parahyangan masih bisa dikunjungi untuk umum atau hanya untuk ibadah?
Terima kasih