IMG_1208PIALA Presiden dan Piala Kemerdekaan sejenak mengobati dahaga pertandingan. Namun kompetisi reguler perlu segera digulirkauntuk menghindari kompetisi kembalmati suri pasca kedua turnamen itu beraakhir.

Oleh : Adilla Prasetyo Wibowo

Piala Presiden 2015 akan segera berakhir. Partai final akan digelar pada 18 Okto­ber 2015.

Persib Bandung dan Sriwijaya FC akan bersaing mendapatkan posisi juara dan runner up. Sedangkan Mi­tra Kukar dan Arema akan berebut posisi 3 dan 4.

Asisten pelatih Perseru Serui, Chorul Huda berharap pasca turna­men yang digelar Mahaka Sports and Entertainment berakhir ada lanjutan turnamen lainnya. Pasalnya para pelaku sepakbola mulai dari pemain, pelatih, dan klub sepak­bola berharap aktivitas sepakbola tidak berhenti. “Syukur-syukur ka­lau kompetisi resmi Liga Super In­donesia (LSI) dan Divisi Utama bisa kembali digelar. Itu harapan kami sebagai pelaku sepakbola,” kata Choirul, Jumat (16/10/2015).

Menurut Choirul, setelah kompe­tisi vakum, masyarakat sempat men­galami keriuhan dengan digelarnya turnamen Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan. Namun ada kekha­watiran setelah dua turnamen itu berakhir, maka sepakbola nasional kembali mati suri.

BACA JUGA :  Daftar Pebulu Tangkis Indonesia di Spain Masters 2024, Berikut Hasil Drawing

“Kami dapat kabar akan ada tur­namen lain yang akan digelar oleh Menpora, tetapi sampai sekarang belum ada kepastian. Ini membuat kami menunggu cemas soal nasib kami di sepakbola dalam negeri. Jika pertandingan kembali berhenti, maka mata pencaharian kami makin hilang,”ujarnya.

Choirul berharap konflik antara Menpora dan PSSI bisa segera be­rakhir. Pasalnya akibat konflik dan berujung pada pembekuan PSSI, banyak kegiatan tidak bisa digelar, seperti Pra PON dan turnamen-tur­namen lokal lainnya. “Ini menun­jukan kami memang tidak bisa melakukan aktivitas apapun akibat konflfik yang belum kunjung selesai. Padahal para pelaku sepakbola men­gandalkan kegiatan di sepakbola se­bagai mata pencaharian,” ucapnya.

Salah satu jalan untuk menyele­saikan konflik ini, lanjutnya, adalah kedua belah pihak yang berseteru bisa saling memahami dan mening­galkan egosentris. “Kalau masih sep­erti itu, kapan konflik ini bisa selesai. Kami sudah khawatir menunggunya. PSSI dan Menpora memang sebai­knya secepatnya melakukan peny­elesaian. Pikirkan nasib kami dan masa depan sepakbola nasional,” lanjutnya.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Wakil Indonesia di Final Swiss Open 2024

Jika konflik antara PSSI dan Menpora tidak kunjung bisa sele­sai, Choirul meminta kepada Pres­iden Joko Widodo untuk melaku­kan langkah tegas. “Presiden menjadi satu-satunya pilihan pe­nyelesaian. Melalui Presiden-lah, konflik bisa selesai. Harapannya Preside segera turun tangan dan mengeluarkan kebijakan yang bisa menyelamatkan nasib sepakbola kita,” tukasnya.

Konflik sepakbola yang berkepanjangan, jelas Choirul, san­gat berpengaruh terhadap motivasi masyarakat dengan si kulit bundar. “Akibat konflik ini, banyak orangtua yang malas memasukan anaknya ke sekolah sepakbola. Para orangtua khawatir masa depan anaknya tidak menjanjikan akibat konflik ini. Maka dengan selesainya konflik, itu akan menjadi pintu gerbang kepercayaan dan motivasi masyarakat terhadap sepakbola,” pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================