ANKARA TODAY – Sedikitnya 28 orang tewas dan 61 korban luka-luka setelah sebuah ledakan besar menghantam kendaraan militer di jantung ibu kota Turki, Ankara, Rabu(17/2/2016). Lalu, menyusul bom kedua diledakkan pada Ka­mis(18/2/2016), 7 orang dinyatakan tewas. Sehingga total 25 orang me­ninggal dalam agresi misterius ini.

Wartawan Al Jazeera, Zeina Kho­dr, yang melaporkan dari Gaziantep, mengatakan para pejabat Turki per­caya ledakan besar itu bersumber dari sebuah bom mobil pada Rabu petang dan menyasar personel mili­ter Turki yang sedang berada dalam perjalanan. “Kendaraan militer Tur­ki dihantam bom mobil saat berhenti di lampu lintas,” ucap pejabat yang tidak disebutkan namanya.

Perdana Menteri Turki Ahmed Dovutoglu menuding kelompok Kur­di Suriah (YPG) bekerja sama den­gan anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK) sebagai otak pengeboman di Ankara yang menewaskan 28 orang pada Rabu malam. Dalam pidato yang disiarkan secara langsung di televisi Turki, Dovutoglu mengatakan bahwa pengeboman itu menunjukkan Kurdi Suriah YPG adalah organisasi tero­ris. Turki, karenanya, berharap kerja sama dari sekutunya demi melawan kelompok itu.

Selama konflik Suriah, Washing­ton telah mendukung YPG untuk melawan ISIS, dan tidak mengkat­egorikan kelompok itu sebagai or­ganisasi teroris. “Dari keterangan informasi yang kami dapat, sudah jelas diidentifikasi bahwa serangan ini dilakukan olej anggota organisasi teroris di dala Turki bersama den­gan individu YPG yang menyeberang dari Suriah,” ujar Dovutoglu, Kamis (18/2/2016).

Ia juga mengatakan bahwa Turki telah menahan sembilan orang me­nyusul pengeboman di Ankara. Tur­ki, bersama Amerika Serikat dan Uni Eropa melabeli PKK sebagai organ­isasi teroris, dan Turki melihat PKK berhubungan erat dengan YPG.

Terkait tuduhan ini, Pemimpin partai Kurdi Suriah, PYD, sementara itu membantah tudingan pemerintah Turki. “Kami sepenuhnya menyang­kal hal itu,” ujar Saleh Muslim, salah satu pemimpin YPD, kepada Reuters lewat telepon. “Saya bisa meyakink­an Anda bahwa bahkan tidak ada satu peluru pun yang ditembakkan oleh YPG ke Turki. Mereka tidak menganggap Turki sebagai musuh.” Bom lain meledak

Sebuah bom diledakkan dengan pengendali jarak jauh menewaskan tujuh pasukan keamanan Turki yang sedang berada di atas kendaraan mi­liter di wilayah tenggara negara itu pada Kamis (18/2/2016).

Ledakan di kendaraan militer ketika sedang berjalan di jalan tol yang berhubungan dengan Diyarba­kir, kota terbesar di wilayah tenggara yang didiami mayoritas orang Kurdi. Insiden ini terjadi menyusul penge­boman di Ankara yang menewaskan 28 orang pada Rabu malam.

Sementara itu, Indonesia meng­utuk serangan teror di ibu kota Turki, Ankara, 17 Februari 2016. Pernyataan tersebut disampaikan di laman resmi Kementerian Luar Negeri RI. “Pemer­intah Republik Indonesia meng­utuk peristiwa serangan teror yang terjadi di Merasim Sokak, Ankara, pada Rabu, 17 Februari 2016, pukul 18.31 waktu setempat (23.31 WIB),” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI, Kamis (18/2/2016).

Pemerintah Indonesia menyampai­kan simpati kepada pemerintah dan rakyat Turki serta belasungkawa kepada keluarga korban ledakan dan berharap korban luka-luka dapat segera pulih.

Ledakan di dekat markas besar militer itu menewaskan 28 orang dan 61 lainnya luka-luka. Duta Besar RI untuk Turki, Wardana, menyatakan sampai saat ini tidak ada warga neg­ara Indonesia (WNI) yang menjadi korban. “Pihak aparat keamanan sedang menginvestigasi penyebab ledakan tersebut. Sejauh ini tidak ada laporan mengenai warga negara asing yang menjadi korban,” kata Wardana lewat pesan pendek.

Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara akan terus melakukan koordinasi dengan otoritas terkait di Turki.

Kementerian Luar Negeri mengimbau WNI yang berada di Turki mematuhi pengaturan otoritas ke­amanan setempat dan menghindari pusat-pusat keramaian yang dapat menjadi target. Sedangkan WNI yang akan bepergian ke wilayah itu diharapkan dapat memperhatikan perkembangan situasi. KBRI Ankara membuka layanan informasi dan ho­tline pada nomor +905321352298.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================