JAKARTA, TODAY — Kementerian PerindusÂtrian (Kemenperin) berharap pertumÂbuhan industri bisa mencapai 5,7 hingÂga 6,1 persen tahun 2016. Angka terseÂbut sedikit lebih optimistis dibandÂing proyeksi perÂtumbuhan industri 2015 sebesar 5,2 hingga 5,5 persen.
Menteri PerinÂdustrian Saleh Husin mengatakan, kalau industri farmasi, kimia, dan obat tradisional masih akan tetap menjadi pendukung utama pertumbuhan industri dengan nilai pertumbuhan sebesar 8,5 hingga 8,7 persen. Tiga indusÂtri tersebut terus bertumbuh kareÂna selalu paling prima dibanding sektor lainnya.
Hingga kuartal III 2015, perÂtumbuhan nilai output industri farmasi, kimia, dan obat tradisÂional berada di angka 11,17 persÂen dimana angka tersebut lebih besar dibanding sektor makanan dan minuman (7,94 persen) atau tekstil (-0,88 persen). Sampai akhir tahun ini, diperkirakan pertumbuÂhan sektor industri farmasi, kimia, dan obat tradisional sebesar 8,4 hingga 8,6 persen.
“Selain itu kami melihat perÂtumbuhan industri farmasi, kimia, dan obat tradisional sangat pesat dalam setahun terakhir. Tahun 2014 pertumbuhannya sebesar 3,89 persen tapi melihat progress-nya hingga kuartal III sepertinya kami bisa bertumpu pada sektor tersebut,†jelasnya di Jakarta, JuÂmat (18/12/2015).
Lebih lanjut, Saleh menjelasÂkan kalau telah ada beberapa proyek yang diinisiasi KemenÂperin demi mendukung industri kimia dan farmasi. Salah satunya, Kemenperin tengah melakukan studi kelayakan pembangunan pabrik bahan baku obat seperti paracetamol dengan kapasitas 10 ribu ton per tahun, amoxilin dengan kapasitas 750 ton per tahun, hingga garam farmasi dengan kapasitas 6 ribu ton per tahun.
“Karena adanya pengembanÂgan, kami harap industri ini berÂsama makanan dan minuman dan industri barang logam akan menÂjadi motor penggerak industri non migas tahun depan,†ujarnya.
Hingga akhir 2015 sendiri, KeÂmenperin juga yakin bisa memenuhi target pertumbuhan sebesar 5,5 persen setelah sebelumnya mereÂvisi target dari angka 6,1 hingga 6,8 persen. Kendati target telah direvisi, namun ia senang karena pertumbuÂhan nilai output industri memperÂtahankan tren di atas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebeÂsar 4,7 hingga 5 persen.
“Pertumbuhan industri kami pernah di bawah pertumbuhan ekonomi pada 2013, tapi kini kami coba mempertahankan tren yang baik ini. Hingga kuartal III, pertumÂbuhan industri sebesar 5,2 persen juga lebih tinggi dibanding negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia sebesar 4,9 persen atau Thailand sebesar 0,9 persen,†jelasnya.
Sebagai informasi, KemenÂperin sebelumnya merevisi target pertumbuhan hingga akhir tahun karena dihantam oleh depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap doÂlar Amerika sebesar 11,05 persen dari awal tahun hingga November 2015.
(Yuska Apitya/dtkf)