BOGOR, TODAY — Angka inflasi di Jawa Barat pada Mei 2015 terÂcatat sebesar 0,41 persen. Angka terseÂbut lebih rendah dari angka inflasi naÂsional sebesar 0,45 persen.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), seluruh kota di Jawa Barat mengalami inÂflasi. Inflasi tertinggi dibukukan Kota CiÂrebon sebesar 0,68 persen, disusul Kota Depok 0,65 persen, Kota Sukabumi 0,47 persÂen. Inflasi terendah terjadi di Kota TasikmaÂlaya 0,21 persen, Kota Bandung, 0,28 persen, dan Kota Bogor 0,38 persen.
Tren inflasi masih terus bertahan tiga bulan terakhir. “Pola-pola kenaikannya mirip denÂgan pola mendekatai Ramadan dan Idul Fitri,
 kelompok bahan makanan menyumbang inÂflasi paling tinggi,†kata Kepala Bidang StatisÂtik Distribusi BPS Jawa Barat, Doddy GuÂnawan Yusuf di Bandung, Selasa (2/6/2015).
Doddy mengatakan, kenaikan kelompok bahan makanan paling tinggi untuk daging ayam ras, telur, serta bumbu seperti bawang merah dan cabe. Beruntung harga beras masih belum terlihat berfluktuasi karena sepanjang Mei 2015 masih deflasi. “Beras potensinya inflasi, mudah-mudahan hargÂanya stabil karena bobotnya cukup tinggi,†kata dia.
Menurut Doddy, pemerintah perlu meÂwaspadai kecenderungan kenaikan harga terjadi menjelang Ramadhan. “Kebutuhan masyarakat khususnya sembako, terutama di kelompok bahan makanan perlu dijaga stabilitas harganya,†kata dia.
Pemerintah disarankan menjaga pasoÂkan bahan makanan agar tidak terlambata karena pergerakan harga bisa terkerek naik jika distribusi bahan pangan terlambat.
Dody setuju dengan langkah pemerinÂtah yang masih menahan kenaikan harga BaÂhan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. “Jangan sampai ada kenaikan BBM bersubsidi bersaÂmaan dengan pola kenaikan rutin, misalnya di bulan Mei, Juni, Juli. Janganlah nanti akan bertumpuk di situ (inflasinya),†kata dia.
Tren kenaikan harga bahan makanan, menurut Doddy, sudah terlihat sejak pekan ketiga Mei. “Pasokan lokal tidak kurang, hanya kebutuhan konsumen meningkat,†kata dia. Pencacahan yang dilakukan pada awal Juni, misalnya, sudah menunjukkan tren kenaikan, kecuali beras.
Khusus beras, tren harganya masih staÂbil hingga Mei. “Justru di bulan Juni sampai Oktober yang perlu ada pengendalian harga beras lagi,†kata Doddy.
Panen yang masih terjadi pada Mei 2015 bisa menekan kenaikan harga beras. Survei BPS untuk harga rata-rata Gabah Kering PanÂen di Jawa Barat misalnya masih mengalami penurunan 0,16 persen, atau rata-rta Rp 4.246 per kilogram di tingkat petani.
Sementara harga Gabah Kering Giling di tingkat petani sudah mulai naik 2,03 persen menjadi rata-rata Rp 4.916 per kilogram. Lalu harga beras di penggilingan sepanjang Mei 2015 rata-rata Rp 8.808, turun 4,85 persen dibandingkan sebulan sebelumnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat mencatatkan kenaikan harga daging ayam menembus Rp 4 ribu sepanÂjang bulan Mei. Pekan pertama Mei 2015 harga daging ayam masih berkisar Rp 28 ribu per kilogram, di pekan terakhir sudah Rp 32 ribu per kilogram.
Sementara harga bawang merah yang sempat anjlok hingga Rp 18 ribu per kiloÂgram pada pertengahan Mei 2015, terus merangkak naik hingga saat ini. Harganya pada 1 Juni 2015 sudah menembus Rp 35 ribu per kilogram.
Pakar Ekonomi Politik IPB, Muhammad Findi, menyebut, masih tingginya inflasi di Bogor lebih disebabkan karena fluktuasi paÂsokan sembako. “Ditambah pekan ini adalah pekan-pekan berat menghadapi demand sembako menjelang ramadan. Ini harus diÂwaspadai pelaku pasar tradisional. Jangan sampai ada kasus penimbunan sembako,†kata dia.
(Yuska Apitya Aji)