JAKARTA, TODAY—Perhitungan suara hasil Referendum Brexit menunjukkan mayoritas warga InÂggris memilih ‘keluar’, membuat negara itu menjadi negara pertaÂma yang hengkang dari Uni Eropa.
Berdasarkan perhitungan suÂara di 98 persen distrik di seluÂruh Britania Raya, sebanyak 51,82 persen suara menyatakan Inggris harus keluar dari Uni Eropa. SeÂmentara, hanya 48,18 persen suÂara yang menyatakan Inggris haÂrus tetap berada di blok itu.
Hampir 46,5 juta orang terÂdaftar mengikuti referendum pada Kamis pekan ini. Para poliÂtisi pendukung Brexit telah meÂnyuarakan kemenangan mereka, salah satunya pemimpin partai sayap kanan Inggris, UKIP, Nigel Farage. “Saya sekarang berani bermimpi fajar kemerdekaan Inggris mulai datang,†kata Farage yang juga mendesak Perdana Menteri David Cameron segera mundur jika “keluar†menang.
Sejarawan dan Ekonom Inggris, Simon Schama kepada CNN menÂgatakan Inggris akan menjadi negara pertama yang akan meninggal Uni Eropa, dan menurutnya hal itu akan menjadi bencana. “Kita tengah berada di ujung tanduk yang berbahaya soal integritas dan persatuan Eropa. Jadi jika Inggris meninggalkan Uni Eropa, kita akan memasuki periode yang sanÂgat gelap dan berbahaya di Eropa dan juga sejarah dunia,†kata Schama.
Pasar finansial kisruh di tengah referendum dengan nilai mata uang pound sterling dan euro yang anjlok. Para ekonom memprediksi, perekonoÂmian Inggris akan hancur jika meningÂgalkan Eropa.
Sebelumnya pada 1982, Greenland juga telah menyatakan keluar dari Uni Eropa. Namun Greenland adalah pulau yang merupakan bagian dari Denmark, sementara Inggris sebuah negara.
Bagi Uni Eropa, keluarnya Inggris juga menjadi bencana, masa depan blok negara-negara Eropa itu dipertanÂyakan. Pasalnya, Inggris adalah negara ekonomi terbesar di Uni Eropa setelah Jerman. Inggris menyumbang seperÂenam dari total perekonomian Uni Eropa.
Secara politik dan keamanan IngÂgris juga memegang peran penting. Inggris adalah negara pemilik senjata nuklir di Eropa serta memiliki hak veto di dewan Keamanan PBB.
Nilai tukar poundsterling terkena imbas rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau lebih dikenal dengan BritÂain Exit (Brexit). Tak hanya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), pound juga melemah terhadap rupiah.
Seperti dikutip dari data perdaÂgangan Reuters, Jumat (24/6/2016), poundsterling kemarin masih berada di kisaran Rp 19.346. Namun sejak votÂing Brexit dilakukan, pound langsung melemah habis-habisan.
Posisi terendah pound adalah di Rp 17.743. Hanya dalam waktu singkat, pound jatuh cukup dalam dari sebelÂumnya di kisaran Rp 19.000-an menÂjadi Rp 17.000-an. Pada pukul 14.00 WIB, pound berada di level Rp 18.316. Hasil voting Brexit menunjukkan 52% pemilih ingin Inggris keluar dari Uni Eropa.
Sementara terhadap dolar AS, nilai tukar pound jatuh lebih dari 10% ke level US$ 1,3305. Ini merupakan posisi terendah pound dalam 30 tahun teraÂkhir, tepatnya sejak 1985.