MW-AU369_Indone_20120909212640_MGPASAR modal Indonesia masih memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dalam jangka panjang, jika dilihat dari penetrasi pasar terhadap perekonomian domestik.

Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]

Meski demikian, di­perlukan sosialisasi secara berkelanju­tan yang melibat­kan berbagai pihak agar pemahaman tentang literasi pasar modal kepada masyarakat dapat terus berkembang.

Salah satu pemahaman yang harus terus disosialisasikan ke­pada masyarakat adalah investasi di pasar modal. Paradigma yang harus dibentuk adalah investasi di pasar modal itu mudah, terencana, dan murah. Sebab, sampai dengan saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang menilai bahwa in­vestasi di pasar modal merupakan sesuatu hal yang rumit, berisiko, dan mahal.

Meski begitu, menurut Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan, jumlah investor Indonesia di ASE­AN lebih tinggi jika dibandingkan dengan Filipina. “Secara jumlah perbandingannya di ASEAN lebih tinggi daripada Filipina, potensi In­donesia besar, kita sudah lakukan survei di 9 kota besar,’’ ujar Nicky usai acara jumpa pers Pesta Reksa Dana 2016, di Gedung BEI, Jakarta, Senin (25/1/2016).

Dengan hasil survei itu, menurut Nicky, orang-orang atau penduduk yang punya penghasilan lebih dari Rp 10 juta dan tahu tentang pasar modal cuma 800 ribu dan itu ada di 9 kota. ‘’Kalau yang di atas Rp 5 juta penghasilannya, itu mungkin ada 2 juta orang yang tahu, ting­gal gimana kita konversikan mer­eka dari tahu menjadi tertarik, dan membuka rekening untuk jadi in­vestor,” ujar Nicky.

BACA JUGA :  Resep Membuat Ayam Bakar Kecap untuk Menu Buka Puasa yang Menggugah Selera

Terkait jumlah investor di reksa dana, Nicky mengatakan, tidak mempunyai data yang pasti un­tuk jumlah investor di reksa dana. “Kita tidak memiliki data yang ter­lalu detail, pertahun 230.000. Kita di bursa lebih fokus dengan inves­tor yang SID (tunggal),” katanya.

Ia juga menanggapi perihal pen­ingkatan jumlah investor di tengah perekonomian yang melemah di 2016 ini. “Investor kita yang kita arahkan adalah investor untuk jangka panjang, kalau konteks jang­ka panjang, sebenarnya pasar sep­erti apa pun adalah tidak masalah, kalau saya membeli saham untuk 5-10 tahun lagi, ya kan kita tidak bicara orang membeli saham bu­lan depan kondisi perekonomian seperti apa 6 bulan lagi, tapi kalau untuk 5-10 tahun lagi, nggak usah peduli dengan naik turun karena orientasinya jangka panjang,” tu­tup Nicky.

Sebagai contoh, salah satu produk pasar modal adalah reksa dana. Saat ini, sudah ban­yak perusahaan sekuritas atau Manajer Investasi, dan perbank­an menjual berbagai jenis reksa dana. Setoran awal mulai dari Rp 100.000.

Masyarakat Indonesia mulai ter­biasa dengan produk investasi jenis reksa dana. Kaum ibu pun mulai tertarik menempatkan dananya di instrumen pasar modal ini.

Rek­sa dana meru­pakan salah -satu jenis instru­men investasi di pasar modal yang memiliki berb­agai jenis, mulai dari reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham. Im­bal hasil dan risikonya pun ber­beda, dari konservatif, moderat, hingga agresif.

BACA JUGA :  Jadwal dab Lokasi SIM Keliling di Kota Bogor, Minggu 24 Maret 2024

Lantas, reksa dana mana yang dinilai paling aman dan diminati? Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Nicky Hogan mencoba memberi pandangan.

Dia menjelaskan, secara umum jenis reksa dana yang paling dimi­nati ada 3, yaitu reksa dana pasar uang, campuran, dan saham. Dari 3 jenis reksa dana tersebut, Menu­rut Nicky, reksa dana pasar uang disebut yang paling stabil.

“Yang paling umum reksa dana kan ada 3, reksa dana pas­ar uang, ini disebut yang paling konservatif karena biasanya dikelola di pasar uang atau pun di pasar utang yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun. Tingkat imbal hasil pasar uang itu mendekati deposito, reksa dana pasar uang ini paling sta­bil, “ jelas Nicky saat konfer­ensi pers.

Untuk reksa dana campuran dan saham, Nicky menyebutkan, kedua jenis reksa dana tersebut masih mencatatkan imbal hasil negaif di tahun lalu, mengikuti pergerakan Indeks Harga Saham Gabun­gan (IHSG) yang juga me­lemah di tahun 2015. “Reksa dana cam­puran dan reksa dana saham rasanya tahun lalu mungkin men­catatkan penurunan investasi,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini menam­bahkan, apabila kita ingin me­nentukan jenis investasi reksa dana, kita harus terlebih dahulu harus mengetahui apa tujuan keuangan kita, apakah itu untuk menikah, untuk menyekolah­kan anak, atau untuk kebutuhan lain.

(dtc)

============================================================
============================================================
============================================================