JAKARTA, TODAY — Provinsi Jawa Barat menempati peringÂkat teratas lokasi realisasi inÂvestasi triwulan pertama 2016 berdasarkan nilai investasi mauÂpun penyerapan tenaga kerja.
Dari data Badan KoordiÂnasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Jawa Barat mencatatÂkan, realisasi investasi sebesar Rp 28,6 triliun dan menyerap 55.382 tenaga kerja. Realisasi investasi Jawa Barat ini menÂgungguli provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa.
Kepala BKPM Franky SibaÂrani menyampaikan, penyeraÂpan tenaga kerja akibat realisasi investasi yang dalam masa konÂstruksi di Provinsi Jawa Barat itu merupakan kontribusi dari investasi baik asing maupun dalam negeri.
“Untuk penyerapan tenaga kerja PMA Jawa Barat menemÂpati posisi teratas dengan jumlah tenaga kerja yang diserap 42.460 tenaga kerja, sedangkan unÂtuk PMDN Jawa Barat peÂnyerapannya sebesar 12.922 tenaga kerja di bawah Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Sumatera SeÂlatan,†ujarnya dalam keterangan resÂmi kepada media, Minggu (1/5/2016).
Menurut Franky, porsi PMA yang mendominasi berdampak signifikan terhadap peringkat Jawa Barat sebÂagai tujuan utama investasi di IndoÂnesia. “Kontribusi PMA di Jawa Barat mencapai Rp 22,52 triliun, sedangkan sisanya Rp 6,08 triliun merupakan konÂtribusi dari Penanaman Modal Dalam Negeri,†paparnya.
Lebih lanjut Franky menyampaiÂkan, dari sisi jumlah proyek, Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kedÂua dengan total 960 proyek di bawah DKI Jakarta dengan total proyek 1.239 proyek. “Jakarta memiliki jumlah proyek investasi terbesar diikuti oleh Jawa Barat dan Banten. Jumlah proyek ini penting untuk menunjukkan secara kuantitatif proyek investasi yang direÂalisasikan di suatu daerah,†lanjutnya.
Sementara dari sisi nilai PMDN, Provinsi Jawa Timur menduduki perÂingkat teratas dengan nilai investasi Rp 13 triliun. Posisi Jawa Timur diikuti oleh Provinsi Kalimantan Tengah denÂgan nilai investasi sebesar Rp 6,3 triliÂun. “Baru setelah dua provinsi terseÂbut, Provinsi Jawa Barat menempati posisi ketiga,†imbuh Franky.
Angka realisasi investasi triwulan pertama (periode Januari-Maret) tahun 2016 tercatat sebesar Rp 146,5 triliun meningkat 17,6% dari periode sebelumÂnya sebesar Rp 124,6 triliun.
Pencapaian realisasi investasi terseÂbut telah memecahkan rekor tertinggi realisasi investasi di Indonesia, terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 50,4 triliun, naik 18,6% dari Rp 42,5 triliun pada periode yang sama tahun 2015, dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 96,1 trilÂiun, naik 17,1% dari Rp 82,1 triliun pada periode yang sama tahun 2015.
Realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada triwulan I-2016 menÂcapai 327.170 orang yang terdiri dari proyek PMDN sebanyak 136.560 orang dan dari proyek PMA sebanyak 190.610 orang.
Bila dibandingkan dengan penyerÂapan tenaga kerja pada periode yang sama tahun lalu sebesar 315.229 orang, capaian triwulan pertama tahun 2016 menunjukkan peningkatan 3,08%.
Proporsi penyerapan tenaga kerja dari luar Jawa tercatat sebesar 146.320 orang naik 17,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sedangÂkan penyerapan tenaga kerja di pulau Jawa berkontribusi sebesar 180.850 orang turun sebesar 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Franky juga mempromosikan keÂmudahan berusaha di Indonesia di haÂdapan 170 pengusaha Malaysia, dalam acara Indonesia-Malaysia Investment Forum di Kuala Lumpur, akhir pekan kemarin.
Franky dalam kesempatan tersebut menyampaikan beberapa hal di antaÂranya terkait dengan paket-paket keÂbijakan yang dikeluarkan pemerintah termasuk paket yang terakhir terkait kemudahan berusaha. “BKPM sendiri telah merubah paradigma dari rezim perizinan menjadi rezim pelayanan,†ujarnya.
Menurut Franky, Malaysia meruÂpakan salah satu negara mitra investasi utama bagi Indonesia. Tahun lalu, MaÂlaysia tercatat sebagai peringkat kedua teratas sebagai asal negara investasi atau dalam 6 tahun terakhir periode 2010-2015 tercatat di peringkat kelima dengan nilai investasi USD 7,2 miliÂar. “Kami juga mencatat komitmen investasi sebesar USD 15,7 miliar yang telah didaftarkan dalam 6 tahun teraÂkhir. Secara rata-rata realisasi investasi Malaysia di Indonesia naik 55% per tahun antara 2010-2015 dan kenaikan 75% per tahun dari sisi komitmen inÂvestasi,†jelasnya.
Secara lebih rinci, Kepala BKPM menyampaikan juga menyampaikan mengenai tiga reformasi penyederhaÂnaan perizinan yang telah dilakukan. Pertama adalah terkait one stop servicÂes, layanan investasi 3 jam yang memÂberikan delapan produk perizinan dan ditambah surat booking tanah, serta kemudahan investasi langsung konÂstruksi.
Kesempatan tersebut juga diguÂnakan oleh Kepala BKPM untuk memÂperkenalkan direktur in charge untuk wilayah Malaysia Pratito Soeharyo, Marketing Officer Wilayah Malaysia IkhÂsan Adhi dan Direktur IIPC Singapore Ricky Kusmayadi yang wilayah kerjanya juga mencakup wilayah Malaysia.
Selain forum bisnis tersebut, kunÂjungan kerja yang dilakukan oleh KeÂpala BKPM juga dijadwalkan untuk melakukan pertemuan secara khusus dengan Menteri Perdagangan InternaÂsional dan Industri Malaysia, CEO MaÂtrade, CEO MIDA dan 2 Utusan Khusus Menteri serta dilanjutkan dengan perÂtemuan dengan beberapa perusahaan Malaysia yang berminat untuk menaÂnamkan modalnya di Indonesia.
Sektor-sektor perusahaan tersebut adalah di bidang pertanian serta beÂberapa perusahaan perbankan untuk menjajaki peluang kerja sama. Malaysia merupakan salah satu negara prioritas pemasaran investasi Indonesia.
Dari data BKPM periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi investasi dari Malaysia berada di peringkat 9 asal negara investasi. Realisasi investasi yang masuk dari Malaysia tercatat USD 101 juta dengan jumlah proyek 207 dan menyerap tenaga kerja 10.467.
(Yuska Apitya Aji)