HLInvestasi di sektor padat karya tahun ini menurun 13,4 persen dibanding di 2014. Faktor utama penyebabnya adalah kepastian hukum terkait masalah upah yang men­jadi masalah setiap tahun. Penetapan upah mini­mum di akhirtahun selalu diwarnai oleh kisruh antara pekerja dan pengusaha, banyak demo buruh yang ter­jadi antara Agustus-Novem­ber 2015.

Hal ini menyebabkan bidang industri padat karya di Indone­sia kurang dilirik in­vestor . “Investasi di industri padat karya turun 13,4 persen dibanding 2014. Fak­tornya ban­yak, salah sa­tunyakepastian hukum. Banyak demo khu­susnya Agustus-Septem­ber, tren demo meningkat sam­pai Novem­ber,” kata Kepala Badan Koor­dinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, Senin (2/11/2015).

Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam Paket Ekonomi Jilid IV yang diter­bitkan pemerintah pada Ok­tober lalu dibuat kebijakan formulasi baru penetapan upah. Dengan formulasi baru itu, kenaikan upah sudah bisa diperkirakan oleh pengusaha untuk 5 ta­hun ke depan, buruh juga mendapat kepastian kenai­kan upah hingga 5 tahun ke depan berdasarkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA :  Kecelakaan Avanza di Garut Tabrak Pejalan Kaki, 2 Orang Tewas

Diharapkan kebijakan tersebut bisa mengatasi masalah upah yang sudah menjadi siklus tahunan di In­donesia. “Untuk penetapan UMP (Upah Minimum Provin­si), pemerintah sudah mene­tapkan formula berlaku untuk 5 tahun,” jelas Franky.

Selain masalah kisruh upah, para investor juga bela­kangan lebih melirik Vietnam mendirikan industri padat karya, karena negara terse­but sudah meneken perjan­jian perdagangan bebas den­gan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), sehingga akses pasarnya lebih luas. Indone­sia juga tak boleh ketinggalan supaya investasi padat karya terus masuk.

BACA JUGA :  Cemilan Selesai Teraweh, Pisang Goreng Madu yang Simpel dan Praktis

Franky menambahkan, meski investasi di industri padat karta menurun, inves­tasi di sektor-sektor lain naik pesat. “Sektor ini juga butuh kepastian dalam FTA (Free Trade Area), khususnya den­gan Eropa dan Amerika,” ucap Franky.

Di sektor infrastruktur, re­alisasi investasi tumbuh 12,4 persen dibanding 2014, sek­tor pertanian naik 8,2 persen, kemaritiman meningkat 20 persen, industri substitusi im­por naik 15,9 persen, industri berorientasi ekspor naik 10,4 persen, dan sektor hillirisasi mineral melonjak 66,8 persen.

Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]

============================================================
============================================================
============================================================