Ilustrasiberas_1

BOGOR, TODAY — Institut Pertanian Bogor (IPB) meragukan temuan beras berbahan plastik oleh Desi Mursida (36), warga Kampung Jati, RT 03/04, Desa Parung, Kecamatan Parung. Hingga kini IPB belum bisa memastikan apakah beras tersebut berbahaya atau aman dikonsumsi. Pakar teknologi pangan dan gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Sulaeman, membantah bila beras yang beredar di Parung merupakan beras plastik. Saat dibawakan contoh beras yang diduga beras plastik dari Parung, ia mengetes secara sederhana dengan melihat secara kasat mata. Lalu, ia mencoba menggigit beberapa biji beras dan ternyata beras yang diduga beras plastik tersebut adalah beras asli. “Dari ciri fisiknya saja kelihatan, kalau yang beras plastik lebih mengkilat, yang ini enggak. Baunya juga masih bau beras. Saya jamin ini bukan beras plastik,” ungkap Ahmad, di Kampus IPB Dramaga, Jumat (22/5/2015). Meski begitu, ia berpendapat perlu ada penilitan lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti bila beras tersebut merupakan beras plastik. Pemkab Nyatakan Aman Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bogor, Jumat (22/5/2015) menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar tradisional untuk mengambil sampel beras yang dicurigai dicampur dengan beras plastik. Untuk langkah antisipasi, Diskoperindag melakukan sidak di tiga pasar, yakni Pasar Cibinong, Citeureup dan Ciawi. “Di sana kami ambil contoh beras yang dijual untuk diuji laboratorium untuk mengetahui beras itu asli atau sintetis,” ujar Kasi Perlindungan Konsumen, Jaya Sanirin, Jumat (22/5/2015).

Jaya menjelaskan, Diskoperindag juga telah melakukan uji petik di sejumlah pasar di wilayah Gunung Sindur, Parung, Ciawi, Cibinong, Citeureup, Ciseeng, Ciampea dan Cisarua, Kamis (21/5/2015) yang ditengarai ada beras plastik yang dijual di sana.
Dalam sidak itu, Diskoperindag ditemani juga oleh PD Pasar Tohaga, Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Bogor. “Kami uji sampel beras ini di Lab Kampus IPB baru diserahkan hari ini (Jumat kemarin .red). Kami uji dulu supaya ketahuan kandungannya dengan pasti,” lanjut Jaya.
Selama menunggu hasil uji lab dari IPB, Jaya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak panik dengan pemberitaan adanya beras plastik. “Selama ini beras yang ada di pasaran masih cukup aman jadi masyarakat tidak usah khawatir,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Umum PD Pasar Tohaga, Romli Eko Wahyudi mengatakan, setelah melakukan sidak, Kamis (21/5/2015) kemarin, ia meminta seluruh Kepala Unit ikut mengawasi peredaran beras plastik. “Kami minta semua unit ikut memeriksa dan mengawasinya di pasar,” tegas Eko.
Terpisah, Guru Besar Ilmu Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Fransiska Rungkat Zakaria menjelaskan, secara teori beras plastik sama halnya dengan mencampurkan plastik pada minyak untuk menggoreng makanan jajanan. “Tujuannya, agar gorengan bisa lebih tahan lama dan lebih renyah,” ujar Fransiska di IPB, Jumat (22/5/2015).
Meski sulit membedakan beras plastik dengan beras asli, menurut Fransiska, hal itu tetap bisa dilakukan dengan cara menggigit beras. Jika beras yang digigit sulit patah dan terasa bahan resin, berarti beras itu dari plastik. Cara lainnya, dengan merendam beras ke dalam air. Jika beras mengapung ke permukaan, bisa dipastikan beras tersebut berbahan plastik. “Yang paling memungkinkan adalah mencampur bahan beras sintetis dengan plastik. Karena teknologi mengubah plastik menjadi beras itu belum ada sampai sekarang,” ujar Fransiska.
Dia menegaskan, orang yang mengkonsumsi beras plastik berpotensi terkena kanker hati. Tidak hanya itu, plastik juga bisa mengendap pada organ pencernaan. “Jika gagal dikeluarkan oleh pencernaan, plastik itu akan menempel di lambung dan usus,” pungkas Fransiska.
Peredaran beras plastik diketahui pertama kali setelah salah seorang penjual bubur di Bekasi, Jawa Barat, melaporkan hal itu. Polisi pun segera bertindak dengan menangkap penjual beras plastik tersebut.
Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi, beras yang diduga dari plastik itu positif mengandung bahan baku untuk pembuatan plastik.
Sementara itu, Polresta Kota Bekasi masih menunggu hasil uji laboratorium dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), untuk menindaklanjuti kasus beredarnya beras sintesis yang mengandung bahan plastik di wilayah itu.
Meski telah ada hasil uji laboratorium dari Sucofindo, Kabag Humas Polresta Bekasi, AKP Siswo mengatakan pihaknya tetap menunggu hasil uji lab dari BPOM dan Litbang Institut Pertanian Bogor (IPB). “Itu kan hanya hasil dari uji Lab Sucofindo, semua orang bisa melakukanya,” katanya, Jumat (22/5).
Setelah hasil kedua lembaga penguji lab tersebut keluar, menurut Siswo, baru bisa menyimpulkan bahwa beras tersebut mengandung bahan plastik, “Sementara ini kita belum tahu kapan hasil uji Lab keluar,” katanya.
Sementara itu, Direktur Tindak Pidana Khusus Badan Reserse Kriminal (Bareskrim), Yazid Fanani mengatakan, pihaknya belum dapat menyimpulkan beras tersebut berbahan plastik saat ini. Namun jika beras tersebut terbukti mengandung plastik, produsen dan pengedar dapat dikenakan beberapa regulasi seperti undang-undang kesehatan dan undang-undang perlindungan konsumen.
“Apabila benar bahwa ini dibuktikan secara laboratorium tidak layak konsumsi, maka bisa kita kenakan pasal-pasal pidana, dan ancamannya bisa lebih dari lima tahun,” katanya di kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (22/5/2015).
Bareskrim, kata dia, masih melakukan pendalaman untuk menguji beras tersebut berbahan plastik. Sementara untuk asal muasal, sejauh ini pendalaman Bareskrim diperkirakan asal beras masih terbatas dari beras-beras lokal. “Artinya daerah-daerah sekitar Bekasi, dan ini perlu pendalaman,” katanya.

BACA JUGA :  Hilang Sejak Lebaran, Lansia Penderita Stroke Ditemukan di Dalam Sumur

(Rishad Noviansyah|Yuska Apitya)

============================================================
============================================================
============================================================