WASHINGTON TODAY – Ko­munitas intelijen di Amerika Serikat meyakini ISIS tengah membangun kapasitas untuk melakukan serangan pemus­nah massal. Langkah ini diang­gap akan menjadi perubahan pola serangan ISIS di luar neg­eri yang sebelumnya mengan­dalkan lone wolf.

Para intel AS sampai saat ini meyakini bahwa ISIS fokus pada serangan skala kecil, mel­ibatkan satu atau sekelompok orang dengan senjata seder­hana. Cara ini berbeda den­gan saingan mereka, yaitu al-Qaidah di Semenanjung Arab, AQAP, yang sering melakukan serangan yang memakan ban­yak korban, seperti rencana pengeboman pesawat. Per­saingan kedua kelompok teror ini menurut intel AS pada CNN memaksa ISIS untuk melaku­kan serangan berskala besar, demi menarik perhatian dan mengundang lebih banyak pengikut.

Salah satu bukti persaingan ini adalah video yang dirilis belakangan ini oleh salah satu pembuat bom AQAP Ibrahim al-Asiri yang menyerukan lebih banyak serangan lone-wolf, metode yang banyak digunak­an pengikut ISIS. “Saya kira mereka (ISIS) memiliki banyak pengikut baru yang tidak sem­pat dilatih, yang belum sempat masuk dalam sistem, yang akan digunakan untuk menciptakan kerusakan besar untuk men­arik perhatian media, tepat seperti yang mereka inginkan, menunjukkan bahwa mereka masih kuat,” kata pengamat militer, Letjen Mark Hertling.

Namun ISIS memang bukan kelompok sembarangan. Lapo­ran intel AS menunjukkan bah­wa, warga asing yang menjadi pengikut baru ISIS di Suriah dan Irak masih mengalir deras.

Saat ini jumlah total pengi­kut ISIS diduga mencapai an­tara 20 ribu hingga 30 ribu orang. Jumlah ini tetap stabil kendati serangan udara koalisi Amerika Serikat terus dilancar­kan, dan diyakini ribuan mili­tan ISIS tewas dalam penyer­buan tersebut.

Ditambah lagi, upaya AS melatih pemberontak Suriah untuk memerangi ISIS men­emui banyak hambatan. Peja­bat Kementerian Pertahanan AS pada CNN mengatakan setengah dari jumlah peserta latihan hilang, beberapa mem­belot sesaat setelah dilatih atau tertangkap dalam penerbuan militan al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaidah pekan lalu.

Pejabat AS mengaku bahwa para peserta latihan itu “bukan lagi unit militer yang terkoor­dinir,” dan pejabat Pentagon mengatakan bahwa cara mer­eka mendukung para pembe­rontak Suriah harus diubah.

Namun angin segar be­lakangan muncul setelah AS mendapatkan lampu hijau un­tuk menyerang ISIS dari pang­kalan udara di Turki. “Di Irak, ISIS telah kehilangan 30 persen wilayah yang mereka rebut musim panas tahun lalu. Kes­eluruhan, ISIS telah kehilangan lebih dari 17 ribu kilometer per­segi wilayah mereka di utara Suriah,” kata juru bicara Ge­dung Putih Josh Earnest Jumat lalu.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================