pascabom-sarinah-kebun-raya-dan-istana-bogor-disterilkan-ullBOGOR, TODAY — Istana Bo­gor Jl Ir Juanda, Kota Bogor, akan direnovasi. Keputusan ini diambil untuk memugarkan bangunan pening­galan Be­landa tersebut.

“Selama pengerjaan ber­langsung membuat kegiatan ke­presidenanan akan dipindahkan untuk sementara waktu,” kata Kepala Sub Bagian Rumah Tang­ga dan Protokoler Istana Kepres­idenan Bogor, Endang Sumi­tra, di Balaikota Bogor, Selasa (1/3/2016). “Direncanakan reno­vasi Istana Bogor ini memakan waktu enam bulan. Selama renovasi, kegiatan Presiden Joko Widodo tidak di Bogor,” tambahnya.

Endang mengatakan, renovasi Istana Bogor merupakan perawatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Pe­rumahan Rakyat (PUPR) dan Sekre­taris Negara.

“Presiden masih tetap tinggal di Bogor, karena masih berkenan dan merasa nyaman. Seperti beberapa waktu lalu Presiden melepas burung dan kodok,” katanya.

Menurut dia, belum diketahui pasti kapan waktu pelaksanaan re­novasi Istana Bogor akan dilakukan, namun dapat dipastikan pengerjaan dijadwalkan berlangsung di tahun 2016. “Formulanya sedang digodok apa saja yang direnovasi dan kapan waktunya belum diinformasikan, yang pasti 2016 ini,” katanya.

Endang mengatakan, selama re­novasi berlangsung, kegiatan Presiden Jokowi menerima tamu dan rapat kabinet tidak dilaksanakan di Istana Bogor. “Karena, tidak mungkin juga menerima tamu dan rapat kabinet di­laksanakan di Istana Bogor. Mungkin difokuskan di Jakarta,” katanya.

Selain merenovasi Istana Bogor, menurut dia, sedang dirancang untuk membuat pagar menjadi dua lapis, yakni pagar pertama menjadi wilayah publik yang dapat diakses oleh ma­syarakat yang ingin melihat Istana Kepresidenan lebih dekat. “Jadi, ger­bang istana yang pertama akan dibuat menjadi publik area. Gerbang lapis dua. Jadi, masyarakat bisa akses. Tu­juannya memberikan akses masyara­kat untuk lebih dekat dengan istana,” katanya.

Ia menegaskan, proses renovasi ti­dak ada cagar budaya yang diubah. Re­novasi yang dilakukan merupakan per­awatan rutin tahunan Istana Presiden, demikian pula dengan pagar yang dit­ambah. “Tidak ada penggeseran pagar istana, hanya ditambah menjadi dua lapis. Pagar mundur ke belakang, seki­tar 18 meter,” tandasnya.

BACA JUGA :  Wajib Cobain Ini! Resep Sambal Teri Cabe Hijau yang Mantul

Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Re­publik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan as­pek historis, kebudayaan, dan faunan­ya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.

Saat ini sudah menjadi trend war­ga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana Bo­gor sambil memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menja­jakan wortel-wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat.

Istana Bogor dahulu bernama Bu­itenzorg atau Sans Souci yang berarti “tanpa kekhawatiran”. Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor meru­pakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris. Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff ter­kesima akan kedamaian sebuah kam­pung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajaja­ran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana memban­gun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.

Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh ar­sitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan se­lama masa Gubernur Jenderal Belan­da maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah men­jadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hek­tare dan luas bangunan 14.892 m².

BACA JUGA :  Es Merah Delima, Santapan Segar di Siang Hari, Wajib Cobain Ini

Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gu­nung Salak sehingga istana tersebut rusak berat. Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) ban­gunan lama sisa gempa itu dirubuh­kan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.

Pada tahun 1870, Istana Bu­itenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Bu­itenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.

Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia. Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam neg­eri setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang.

Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana diterbitkanlah Deklarasi Bogor. Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara anggota APEC untuk men­gadakan perdangangan bebas dan in­vestasi sebelum tahun 2020.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================