Curah hujan rendah yang menandai musim kemarau harus diwaspadai. Pasalnya, polutan yang ada di udara tidak bisa ternetralisasi oleh air hujan. Polutan yang tidak ternetralisasi itu berpotensi menimbulkan berbagai penyakit yang menyerang manusia.
Oleh : RIFKY SETIADI
Email: [email protected]
Hujan ternyata berÂmanfaat untuk mencuci polutan. “Kalau kering, polutan itu tidak akan ternetralisasi sehingga terus terisap manusia dan menimbulkan penyakit,†kata Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Kelas I Bandung, Hendri Surbakti. Menurut Hendri, curah hujan rata-rata pada musim kemaÂrau di bawah 150 mm. Selama bulan Juli, baru dua kali turun hujan dengan intensitas sanÂgat rendah, yaitu 1 milimeter pada Minggu (1/7) dan 3,4 milÂimeter pada Jumat (6/7). Pada Juni, rata-rata curah hujan masih di atas 150 milimeter, yaitu 166 milimeter.
Kondisi itu memancing munculnya berbagai penyakit. Sedangkan, penyakit yang kerÂap muncul pada musim kemaÂrau, antara lain infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, iritasi mata, dan influenza. MesÂki belum ada laporan peningÂkatan kasus, penyakit-penyakit tersebut yang biasanya mereÂbak pada musim kemarau.
Selain curah hujan yang rendah, musim kemarau juga ditandai suhu udara yang renÂdah, terutama di pagi hari kira-kira pukul 4.00 WIB-5.00 WIB. Suhu terendah sepanÂjang musim kemarau tahun ini terjadi pada Selasa (10/7) pagi dengan suhu 15,8 derajat CelÂsius dan suhu tertinggi menÂcapai 30 derajat Celsius pada Sabtu (7/7). Sedangkan suhu rata-ratanya yaitu 27-28 derajat Celsius.
Hendri menjelaskan, pada musim kemarau pemantulan radiasi matahari oleh permuÂkaan bumi berlangsung lebih cepat karena tidak ada awan yang menyelimuti. â€Pada musim kemarau, radiasi yang jatuh ke bumi dipancarkan kembali ke angkasa dalam benÂtuk gelombang panjang. Kalau ada awan, radiasi kembali lagi ke bumi. Makanya, suhu lebih hangat,†kata Hendri.
Ia memprediksi, puncak musim kemarau akan terjadi pada pertengahan Agustus mendatang. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat mulai menghemat pengguÂnaan air dan mengurangi akÂtivitas membakar.
Ada sejumlah tips menguÂrangi polusi udara. Di antaraÂnya, memeriksa dan segera membersihkan karburator kendaraan yang kotor, filter udara yang tersumbat, dan saringan knalpot yang bocor. Kemudian, menyetel mesin kendaraan dengan baik, mengÂgunakan alat mesin pendinÂgin (AC, AC mobil, dispenser, lemari es ) berbahan pendinÂgin nonfreon, seperti bahan pendingin dari hidrokarbon yang ramah lingkungan.
Selain itu, menghindari penggunaan tabung aerosol seperti deodorant spray dan cat semprot karena berkontribusi membentuk smag, mempunyai kontribusi dalam terbentuknya smag, mengurangi membaÂkar sampah dan memelihara pohon karena pohon dapat menambah oksigen di udara, menghilangkan beberapa paluÂtan, dan mengurangi debu.
Karenanya, persiapkan diri anda dalam menghadapi perubahan cuaca, jaga kesÂehatan, atur pola makan yang tepat, perbanyak olah raga dan apabila diperlukan konsumsi suplemen- suplemen alami dan organik penyeimbang kesÂehatan tubuh anda. (*)