JAKARTA TODAY – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan, makanan kedaluwarsa marak menjelang perayaan Hari Raya Natal 2015. Selama sebulan terakhir, BPOM menyita sedikitnya 121.610 keÂmasan produk makanan.
Kepala BPOM, Roy Sparringa menyatakan makanan kedaÂluwarsa mendominasi produk pangan sitaan BPOM menjelang musim liburan akhir tahun ini. “Ada tiga tipe pelanggaran, yaitu produk tanpa izin edar, produk rusak, dan produk kedaluwarsa. Produk kedaluwarsa merupakÂan yang paling banyak dibandÂingkan yang lain,†kata Roy saat konferensi pers di kantor BPOM, Jakarta, Selasa (22/12).
Dari hasil intensifikasi pengaÂwasan pangan menjelang libur Natal dan Tahun Baru pada 30 November hingga 21 Desember 2015, BPOM telah menyita 121.610 kemasan produk pangan. IntensiÂfikasi ini dilakukan di 2.493 sarana distribusi. “Sebanyak 938 sarana (38 persen) tidak memenuhi keÂtentuan, sementara sebanyak 1.555 sarana (62 persen) sudah memenuhi ketentuan,†kata Roy. Dari 938 sarana yang tidak memenuhi ketentuan, sebanyak 50 sarana di antaranya meruÂpakan gudang distributor atau pemasok pangan.
Dari keseluruhan produk pangan sitaan BPOM, sebanyak 63 persen merupakan produk kedaluwarsa dengan nilai ekoÂnomi Rp 3.046.240.000.
Sementara, produk tanpa izin edar sebanyak 29 persÂen dengan nilai ekonomi Rp 1.397.880.000 dan sembilan persen merupakan produk ruÂsak dengan nilai ekonomi Rp 420.280.000. “Yang menarik, kami melakukan pengawasan hanya di lima persen gudang, sementara sisanya (95 persen) di sarana ritel. Namun, hasil temuan produk yang tidak sesuai ketentuan dari gudang lebih banyak, yaitu sebanyak 56 persen,†kata Roy.
Temuan makanan kedaluÂwarsa tersebut paling banyak ditemukan di Kupang, kemuÂdian disusul oleh Makassar. Sementara, produk tanpa izin edar paling banyak ditemukan di Medan. Adapun, produk ruÂsak paling banyak ditemukan di Makassar. “Total nilai ekonomi dari produk pangan sitaan kami adalah Rp 4,8 miliar. Kalau diliÂhat dari asal negaranya, maka produk ilegal ini paling banyak berasal dari negara tetangga kita, yaitu Malaysia, sebanyak 64 persen,†katanya.
Jenis pangan kedaluwarsa yang paling banyak ditemukan antara lain mi instan, susu kental manis, bumbu, teh, minuman serbuk, dan makanan ringan. Sementara, temuan produk panÂgan tanpa izin edar didominasi oleh minuman serbuk, minuÂman beralkohol, dan permen.
Adapun, temuan terbanyak untuk pangan rusak adalah mi instan, minuman ringan, minuÂman serbuk, susu steril UHT, susu kental manis, dan ikan dalam kemasan kaleng.
Awasi Air Isi Ulang
Roy Sparringa juga menÂgatakan, pihaknya akan muÂlai mengawasi depot air isi ulang mulai tahun depan. Pasalnya, BPOM menemuÂkan beberapa depot air isi ulang tidak layak. “Ada dua kandungan berbahaya dalam air isi ulang yang harus diÂwaspadai, yaitu mikroba dan logam berat,†kata dia.
Roy menilai perlu ada kerja sama antara BPOM dan pemerÂintah daerah (pemda) setemÂpat dalam mengawasi depot air isi ulang. Ia mengatakan pemda selama ini seolah meÂnutup mata akan ketidakpatuÂhan pengusaha depot air ulang dalam menyediakan air yang bersih. “Kami sudah sampaiÂkan ke pemda, namun sebaÂgian tidak juga ditindaklanjuti. Padahal, sudah ada ketentuan dalam aturan dan undang-undang soal depot air isi ulang yang harus dipatuhi,†katanya.
Roy mengatakan pelaku usÂaha depot air isi ulang harus memperhatikan apakah alat yang digunakan masih layak atau tidak. Selain itu, harus diperhatikan juga apakah baÂhan baku air benar-benar bersih tanpa mengandung zat berbahaya.
Di sisi lain, Direktur Insert Pangan BPOM Tetty Heffery Sihombing mengatakan piÂhaknya telah melakukan peneÂlitian uji sampel air isi ulang di 33 provinsi di Indonesia. “Hasilnya, memang ditemuÂkan ada beberapa depot air isi ulang yang tidak layak beroperÂasi. Dari hasil uji sampel terseÂbut, kami menilai depot air isi ulang berpotensi merugikan masyarakat kalau tidak diawasi betul,†katanya.
Bogor Siaga Satu
Kabid Perdagangan DisperÂindag Kota Bogor, Mangahit Sinaga, mengatakan, pihaknya akan melakukan inspeksi ke seÂluruh mal hari ini. “Edaran dari BPOM sudah kami terima, beÂsok (hari ini, red) kami lakukan penyisiran,†kata dia, kemarin petang.
Terpisah, Kepala Dinas KeÂsehatan Kota Bogor, dr RubaeÂah, mengakui jika peredaran makanan kadaluarsa jelang Natal dan hari-hari besar berÂpotensi meningkat. “Demand tinggi, dan suplai barang minÂim. Kami meminta agar maÂsyarakat lebih waspada dan mengecek barang sebelum dibeli. Dilihat tanggal jatuh tempo konsumsinya,†kata dia, kemarin.
(Yuska Apitya Aji)