BOGOR, Today – Dalam rangka memperinÂgati Hari Autis Sedunia yang jatuh pada Sabtu (2/4/2016) beberapa pekan lalu, KomuniÂtas Peduli Autis Bogor bekerjasama dengan Rumah Autis Bogor, menggelar acara Autism Awareness Day 2016 di Taman Ekspresi SemÂpur, Minggu (10/4/2016). Kegiatan ini juga tak hanya sekedar memperingati saja, Komunitas Peduli Autis Bogor juga mengajak masyarakat untuk ikut deklarasi bersama peduli anak auÂtis sebab masih banyak kepedulian masyaraÂkat terhadap anak berkebutuha khusus (ABK).
Ketua Komunitas Rizal Arif WindriatmoÂko mengatakan, masih banyak orangtua yang memiliki anak autis tidak berusaha memberiÂkan terapi kepada anaknya, melainkan malah menyembunyikan keberadaan anaknya. PaÂdahal meski autis memang tidak bisa diobati, masih bisa dilakukan terapi berupa bimbinÂgan dalam hal sosialisasi dan pendekatan seÂcara khusus. Jika sejak dini sudah ditangani dengan baik, maka anak autis akan bisa manÂdiri, sekolah, kuliah bahkan bekerja. “Salah satu contohnya Faisal yang sekarang kerja seÂbagai desain graphis karena sejak awal sudah dibimbing di Rumah Autis Bogor,†ujar Rizal.
Menurut Rizal, belum ada pendataan secara menyeluruh tentang jumlah anak auÂtis di kota Bogor. Padahal pendataan perlu dilakukan mengingat banyaknya ABK yang belum tersentuh terapi. Komunitas ingin di Hari Autis Sedunia ini Pemerintah Kota (PemÂkot) Bogor melalui Dinas Tenaga Kerja, SosÂial dan Transmgrasi (Disnakersostran) Kota Bogor bisa lebih peduli dengan ABK dengan melakukan pendataan. Sehingga ke depan bisa mendirikan cabang Rumah Autis Bogor demi menjangkau ABK yang ada di daerah untuk diterapis secara gratis. “Rumah Autis Bogor memang diperuntukan bagi ABK dari menegah kebawah. Kami juga mengajak maÂsyarakat untuk peduli ABK dengan cara berÂdonasi atau menjadi volunter,†jelas Rizal
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor Edgar Suratman mengatakan, dirinya mengapresiasi deklarasi autis kepada maÂsyarakat Bogor. Karena dengan momentum ini bisa sekaligus menyentuh masyarakat unÂtuk peduli dengan ABK. Terutama bagi orangÂtua yang memiliki ABK harus tulus, ikhlas dan kuat diberikan amanah untuk membimbÂing anak mereka tanpa melihat keterbatasanÂnya. Tak hanya itu, masyarakat dilingkunganÂnya juga harus mau memberikan dukungan agar secara psikologi orangtua dan anak tiÂdak merasa dijauhi atau didiskriminasikan. “Saya menyakini selama ikhlas membimbing ABK, maka anak ABK juga dapat sukses sepÂerti anak normal lainnya bahkan mungkin bisa lebih baik selama bimbingannya benar,†pungkas Edgar.
(Latifa Fitria)