Untitled-14PARUNG, TODAY — Menteri Per­tahanan (Menhan) RI, Ryamizard Ryacudu, meminta Badan Nar­kotika Nasional (BNN) mengge­lar tes urine massal untuk para jenderal (perwira tinggi/pati) dan perwira menengah (pamen) TNI. Langkah ini menyusul penangka­pan Dandim 1408 BS/1408 Makas­sar, Kolonel Jefri Oktavian Rotti, yang tengah menggelar pesta sabu di sebuah hotel, di Makassar.

“Semua termasuk dari yang paling bawah sampai perwira tinggi, kalau perlu Menhan juga dites. Kita tidak ta­kut kalau kita benar, kalau salah baru cari-cari alasan. Ke depan kita mau pe­jabat harus benar semuanya. Narkoba adalah musuh bersama, lebih bahaya dari teroris,” jelas Menhan Ryamizard Ryacudu saat mengunjungi Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman Is­lamic Boarding School, Parung, Kabu­paten Bogor, Jumat (8/4/2016).

Ryamizard juga berkomentar men­genai tindakan Jefri yang tak patut mengkonsumsi narkoba. “Memang ng­gak bisa ditolerir. Semua yang kena narkoba harus diadili, nggak perduli itu TNI, Polri atau pejabat,” tegas dia. “Yang sudah mengancam kedaulatan termasuk narkoba urusan Menhan nanti kita koordinasi dengan BNN, Polri, TNI untuk masalah seperti ini,” tutup dia.

BACA JUGA :  Pemkab Bogor Berkomitmen Tingkatkan Nilai MCP Pada Tahun 2024

Kementerian Pertahanan (Kemen­han) memang berkomitmen menin­gkatkan kesadaran pentingnya bela negara. Membuka sambutan kunjun­gannya kemarin, Ryamizard meng­ingatkan pentingnya kesadaran ber­bangsa dan bernegara sebagai fondasi kekuatan bangsa guna menjaga keutu­han Negara Kesatuan Republik Indo­nesia (NKRI) dari berbagai ancaman. “Ancaman saya bagi dua yaitu anca­man belum nyata dan ancaman nyata. Ancaman belum nyata yaitu ancaman perang terbuka antar negara, ini saya anggap kecil kemungkinan terjadinya. Semoga tidak terjadi. Sedangkan, anca­man nyata yaitu ancaman yang sedang kita hadapi. Salah satunya terorisme dan radikalisme,” ujarnya di depan ri­buan santri Pondok Pesantren Al Ashri­yyah Nurul Iman, Jumat (8/4/2016).

Terorisme, menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini tidak hanya menciptakan rasa takut di masyatakat, tapi juga mengganggu keutuhan ber­bangsa dan bernegara. ISIS dianggap menjadi kelompok teroris radikal pal­ing berbahaya karena kemampuannya menjaring pejuang asing, salah satunya di Indonesia. “Indonesia sebagai neg­ara dengan jumlah umat Islam terbe­sar menjadi negara paling berpotensi menjadi sasaran pengaruh radikalisme ISIS,” katanya. “Survey tahun 2015, 95% masyarakat Indonesia tegas menolak ideologi ISIS. Tapi ada 4,4% yang me­milih tidak menjawab. Nah yang 4,4% ini yang perlu kita curigai,” paparnya.

BACA JUGA :  Dessert Lezat dengan Puding Jagung Manis Malaysia yang Lembut Legit

Karena banyaknya ancaman ke­daulatan NKRI, Menhan menyusun strategi pertahanan negara khas In­donesia yang berlandaskan idealisme hati nurani yang didefinisikan seb­agai ‘Smart Power’. Ini adalah strategi pertahanan defensif aktif yang men­gabungkan diplomasi pertahanan ka­wasan dan penguatan jiwa serta iden­titas bangsa melalui kesadaran bela negara. “Dengan kesadaran bela nega­ra, kita memiliki kesadaran untuk men­gamankan dan melestarikan Pancasila sebagai jati diri dan budaya bangsa,” tutupnya.

Menhan datang ke pondok pesantren pukul 10.30 WIB. Dia dis­ambut pimpinan Ponpes Umi Waheeda binti H. Abdul Rahman dan putranya Habib Muhammad Walillulah.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================