PARUNG, TODAY — Menteri PerÂtahanan (Menhan) RI, Ryamizard Ryacudu, meminta Badan NarÂkotika Nasional (BNN) menggeÂlar tes urine massal untuk para jenderal (perwira tinggi/pati) dan perwira menengah (pamen) TNI. Langkah ini menyusul penangkaÂpan Dandim 1408 BS/1408 MakasÂsar, Kolonel Jefri Oktavian Rotti, yang tengah menggelar pesta sabu di sebuah hotel, di Makassar.
“Semua termasuk dari yang paling bawah sampai perwira tinggi, kalau perlu Menhan juga dites. Kita tidak taÂkut kalau kita benar, kalau salah baru cari-cari alasan. Ke depan kita mau peÂjabat harus benar semuanya. Narkoba adalah musuh bersama, lebih bahaya dari teroris,” jelas Menhan Ryamizard Ryacudu saat mengunjungi Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman IsÂlamic Boarding School, Parung, KabuÂpaten Bogor, Jumat (8/4/2016).
Ryamizard juga berkomentar menÂgenai tindakan Jefri yang tak patut mengkonsumsi narkoba. “Memang ngÂgak bisa ditolerir. Semua yang kena narkoba harus diadili, nggak perduli itu TNI, Polri atau pejabat,” tegas dia. “Yang sudah mengancam kedaulatan termasuk narkoba urusan Menhan nanti kita koordinasi dengan BNN, Polri, TNI untuk masalah seperti ini,” tutup dia.
Kementerian Pertahanan (KemenÂhan) memang berkomitmen meninÂgkatkan kesadaran pentingnya bela negara. Membuka sambutan kunjunÂgannya kemarin, Ryamizard mengÂingatkan pentingnya kesadaran berÂbangsa dan bernegara sebagai fondasi kekuatan bangsa guna menjaga keutuÂhan Negara Kesatuan Republik IndoÂnesia (NKRI) dari berbagai ancaman. “Ancaman saya bagi dua yaitu ancaÂman belum nyata dan ancaman nyata. Ancaman belum nyata yaitu ancaman perang terbuka antar negara, ini saya anggap kecil kemungkinan terjadinya. Semoga tidak terjadi. Sedangkan, ancaÂman nyata yaitu ancaman yang sedang kita hadapi. Salah satunya terorisme dan radikalisme,” ujarnya di depan riÂbuan santri Pondok Pesantren Al AshriÂyyah Nurul Iman, Jumat (8/4/2016).
Terorisme, menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini tidak hanya menciptakan rasa takut di masyatakat, tapi juga mengganggu keutuhan berÂbangsa dan bernegara. ISIS dianggap menjadi kelompok teroris radikal palÂing berbahaya karena kemampuannya menjaring pejuang asing, salah satunya di Indonesia. “Indonesia sebagai negÂara dengan jumlah umat Islam terbeÂsar menjadi negara paling berpotensi menjadi sasaran pengaruh radikalisme ISIS,” katanya. “Survey tahun 2015, 95% masyarakat Indonesia tegas menolak ideologi ISIS. Tapi ada 4,4% yang meÂmilih tidak menjawab. Nah yang 4,4% ini yang perlu kita curigai,” paparnya.
Karena banyaknya ancaman keÂdaulatan NKRI, Menhan menyusun strategi pertahanan negara khas InÂdonesia yang berlandaskan idealisme hati nurani yang didefinisikan sebÂagai ‘Smart Power’. Ini adalah strategi pertahanan defensif aktif yang menÂgabungkan diplomasi pertahanan kaÂwasan dan penguatan jiwa serta idenÂtitas bangsa melalui kesadaran bela negara. “Dengan kesadaran bela negaÂra, kita memiliki kesadaran untuk menÂgamankan dan melestarikan Pancasila sebagai jati diri dan budaya bangsa,” tutupnya.
Menhan datang ke pondok pesantren pukul 10.30 WIB. Dia disÂambut pimpinan Ponpes Umi Waheeda binti H. Abdul Rahman dan putranya Habib Muhammad Walillulah.
(Yuska Apitya Aji)