dirjen-pengembangan-ekspor-nasional-kemendag-nus-nuzulia-ishKEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) kemarin menggelar pertemuan dengan pemerintah Prefektur Wakayama, Jepang. Pertemuan tersebut mengagendakan penandatanganan kerja sama promosi ekspor-impor antar kedua negara.

Oleh : Yuska Apitya
[email protected]

Pemerintah Prefektur Wakayama, setingkat provinsi di Jepang, menyatakan ada banyak pengusaha asal wilayahnya yang berminat membangun sejumlah pabrik di Indonesia. Salah satunya yang paling di­minati saat ini, yakni pembangunan pabrik minyak nabati dari kulit padi.

Gubernur Prefektur Wakayama, Yoshinobu Nisaka mengatakan, di wilayahnya ada pening­katan bahan baku minyak nabati untuk keperluan industri yang mem­produksi kebutuhan-kebutu­han rumah tangga. Sementara, produksi padi di Jepang terus menyusut dari tahun ke tahun. “Lebih tepatnya bubuk dari kulit padi. itu memang bisa diambil minyak kasar yang nantinya diolah menjadi minyak yang bisa digunakan, kalau di Indonesia mungkin kenal peru­sahaan alat rumah tangga bernama Kao, itu dari wilayah kita,» kata Yoshinobu di kantor Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (18/4/2016).

“Saat ini volume produksi padi di Jepang mulai berkurang, jadi mereka kehabisan bahan baku untuk diolah dan saat ini mencari sumber dari ber­bagai tempat. Mereka (pengusaha) pikir yang berpotensi yah Indonesia. Ini kami fasilitasi,” tambahnya.

BACA JUGA :  Pisang Kuah Santan yang Lezat untuk Takjil Praktis di Tanggl Tua

Selain bubuk padi untuk minyak olahan, sambung Yoshinobu, pen­gusaha Prefektur Wakayama juga mengincar pengolahan limbah, yang menyaring residu untuk dipakai kembali sebagai bahan baku pada in­dustri kimia. “Ada perusahaan yang memiliki teknologi untuk mengambil senyawa dari produk limbah. Itu un­tuk dijadikan produk olahan yang di­pasok ke perusahaan kimia. Mereka sudah punya pabrik di Indonesia dan cukup besar juga,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Yoshonobu, bentuk ketertarikan lain investor Wakayama di Indonesia yakni sek­tor perkebunan dan komponen otomotif. “Ada juga perusahaan Wakayama yang punya perkebunan bunga yang diekspor ke Jepang. Ke­tiga, ini bukan investasi tapi perda­gangan ekspor dari Jepang ke Indo­nesia. Saat ini, di Indonesia yang lagi ramai adalah industri otomotif. Ada perusahaan Wakayama yang memasok cetakan untuk pengusaha komponen di Indonesia,” pungkas­nya.

BACA JUGA :  Cemilan Selesai Teraweh, Pisang Goreng Madu yang Simpel dan Praktis

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Ke­mendag, Nus Nuzulia Ishak mengatakan, pemerintah saat ini telah melakukan berbagai terobosan un­tuk mempercepat arus keluar masuk ekspor impor, salah satunya lewat paket kebijakan ekonomi di sektor perdagangan.

“Pemerintah Indonesia saat ini telah memiliki paket kebijakan ekonomi dalam rangka deregulasi ekspor impor. Selain itu, paket kebi­jakan juga dapat meningkatkan sek­tor riil hingga distribusi perdagangan daerah,” ujar Nus saat acara pen­andatangan, di kantor Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (19/4/2016).

Dalam kesempatan tersebut, Nus menjelaskan, total nilai perda­gangan Indonesia dan Jepang pada Januari-Februari 2016 mencapai US$ 4,68 miliar atau turun 19,48% dibanding periode yang sama tahun 2015.

“Dari total perdagangan itu, ni­lai ekspor non migas Indonesia ke Jepang tercatat sebesar US$ 2,16 miliar. Sementara, nilai impor non migas Indonesia dari Jepang sebe­sar US$ 1,93 miliar. Artinya ada sur­plus sebesar US$ 234,86 juta,” ujar Nus. (*)

============================================================
============================================================
============================================================