Di saat sektor lain terdampak perlambatan ekonomi yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, perusahaan jasa pengiriman logistik PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) justru mengalami pertumbuhan bisnis. Kian maraknya belanja online atau e-commerce belakangan ini turut mendongkrak pertumbuhan industri ini. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Deputy General Manager JNE, Hasmeliyani Suseno, saat berbincang dengan BOGOR TODAY di Hotel Salak The Heritage, belum lama ini.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Hasmeliyani menjelaskan , pertumbuhan bisnis yang diÂalami JNE lantaran banyak perusahaan atau peroranÂgan yang melempar aktiviÂtas logistiknya ke pihak ketiga atau alih daya (outÂsourcing), terlebih konÂsumsi tersebut mayoritas dilakukan kaum muda. PeÂrusahaan logistik berperÂan mengirim barang dari toko online kepada end user atau konsumen. “Jumlah anak muda di IndoÂnesia itu kan banyak. Mereka juga aktif melakukan belanja online. Ingin barang ini itu dan nggak mau ribet, mereka pesen online. Nah, JNE itu hadir di tengah-tengahnya. Itu yang mendorong income dan growth kita tumbuh. JNE tetap on the track,†ungkap Meli, saÂpaan akrabnya.
Namun, pada 2015 ini buÂkan berarti tanpa kendala. Pasalnya, sejumlah bencana yang terjadi di Indonesia, sepÂerti kabut asap, meletusnya gunung berapi dan bencana alam lainnya membuat penÂgiriman dan penerimaan ke beberapa daerah terhambat. “Melemhanya kurs rupiah terhadap dolar tidak terlalu mempengaruhi bisnis kami karena kami transaksi pakai rupiah. Tapi, bencana asap dan gunung meletus cukup memiliki impact walau tidak terlalu banyak,†kata dia.
Meli juga mengaku bahwa sejumlah rencana bisnis peÂrusahaan terus akan dilakuÂkan untuk mempertahankan market share dengan memacu ekspansi. Saat ini, JNE sendiri memiliki 55 cabang utama di seluruh Indonesia, termasuk di Bogor.
“Ekspansi pasti, kita tidak menutup mata kalau banyak pemain internaisonal di sekÂtor serupa yang masuk ke Indonesia. Untuk penambaÂhan cabang belum akan kami lakukan di 2015 ini, mungkin tahun depan. Yang kita genÂjot itu sistem keagenan. Kita membuka peluang kepada masyarakat untuk menjadi agen kami, syaratnya silahkan datang ke cabang terdekat,†bebernya.
Perbaikan kualitas layanan pun akan diimbangi dengan rencana pengemabngan bisÂnis agar bisa bersaing dengan kompetitor. “Kualitas layana tentu akan kami upgrade, network diperluas. JNE juga memiliki layanan onlin bookÂing agar mempermudah pengÂguna jasa kami, Customer Service juga ditingkatkan,†tegasnya.
TUNDA IPO
Rencana perusahaan loÂgistik PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir ( JNE) untuk mencari dana di bursa saham agaknya tak bisa terealisasi dalam wakÂtu dekat. Perusahaan yang terkenal sebagai jasa pengiriÂman barang dan dokumen ini memastikan tidak melantai di bursa saham tahun ini atau taÂhun depan.
Direktur Marketing JNE, MuÂhammad Feriadi, mengatakan meski menunda IPO, namun JNE memastikan tetap menjadiÂkan rencana initial public offerÂing (IPO) sebagai agenda utaÂma. “Semua masih persiapan, tetapi sepertinya bukan tahun 2016,†kata Feriadi, beberapa waktu lalu.
Padahal, sebelumnya manaÂjemen menargetkan mampu meraup duit segar antara Rp 2 triliun hingga Rp 2,5 triliun melalui perhelatan IPO. Duit sebesar itu rencananya bakal dijadikan salah satu sumber modal agenda utama perseroan pasca menjadi perusahaan publik.
Pertama, JNE ingin menjadi seperti DHL dalam urusan armada pengiriman logistik. Manajemen ingin JNE bisa menjadi operator pesawat perintis, khususnya armada udara pengiriman logistik di kawasan Indonesia Timur. Jadi, penetrasi bisnis JNE nanti bisa lebih lengkap, seÂlain menyasar layanan darat, mereka juga melayani pengiriÂman lewat laut dan udara, serÂta menghubungkan seluruh kawasan Indonesia.
Agenda kedua adalah, dana hasil IPO akan dialokasikan untuk keperluan pembanguÂnan pusat distribusi barang di Cikampek atau Karawang, Jawa Barat. Bukan hanya itu, manajemen juga melirik renÂcana akuisisi perusahaan lain. Tentunya, perusahaan yang menjadi bidikan JNE adalah perusahaan yang memiliki kaitan bisnis dengan JNE, sepÂerti percetakan dan pengepaÂkan.
Kedepan, JNE menargetkan bisa menambah 15.000 jaringan hingga 2025. Adapun saat ini, jarÂingan JNE baru sekitar 3.500 jarÂingan di seluruh Indonesia. SeteÂlah bisnis utama sesuai rencana, maka JNE akan mempersiapkan bisnis sampingan sebagai strateÂgi melakukan diversifikasi usaha. Adapun rencana pengembangan bisnis JNE ini adalah, merambah bisnis pariwisata beserta tuÂrunannya.
Namun, semua rencana ini bakal tertunda. Sebab, manajeÂmen JNE memastikan IPO tak bisa mungkin dilakukan tahun ini atau tahun depan. “Yang terpenting semuanya harus siap terutama kondisi ekonomi yang saat ini masih krisis,†jelas Feriadi.
(Apriyadi Hidayat/KTN)