SEMPAT terjerumus ke dalam dunia hitam, membuat Wiwi Maryanto Halim pria asli keÂturunan Tionghoa kehilangan hampir seluÂruh harta bendanya. Pria kelahiran 1 Maret 1967 ini memiliki kebiasaan yang tidak umum untuk remaja seusianya, kala berÂjudi sejak remaja membuat Wiwi (sapaan akrabnya) menjadi ketergantungan dengan hobi terlarangnya itu.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Awalnya, Wiwi memulai karier dari sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia terbilang remaja yang sangat mandiri, karena tiÂdak ingin menyusahkan orangtuanya secara maÂteri, hingga Wiwi memutuskan mencari uang sendiri.
Wiwi sendiri bukanlah lahir dari keluarga yang terÂbilang sulit kala itu, orangtuanya sangat mampu untuk memenuhi kebutuhan Wiwi lebih dari teman-temannya di Sekolah Yayasan Kesatuan.
Awalnya, ia memulai bisnis alat-alat sound sysÂtem dan lampu disko dari kelas tiga SMP. Bisnisnya ini adalah bagian dari hobinya sendiri, dan kala itu satu-satunya di Kota Bogor hanya Wiwi yang meÂnyediakan jasa tersebut. Bahkan jasanya juga suÂdah sampai ke Kota Batam dan Bali, banyak orang yang sudah mendengar kualitas kreatifitas Wiwi.
“Waktu itu di Bogor sendiri belum ada satuÂpun diskotik, kebanyakan orang-orang yang akan mengadakan birthday party yang menyewa jasa saya. Dan belum ada yang menyediakan jasa benÂtuk seperti itu, hanya saya saja. Jadi wajar Cuma saya yang dicari orang untuk urusan seperti itu, kalau sekarang mungkin sama dengan Event OrgaÂnizer (EO),†Kenang Wiwi ketika ditemui dikediaÂmannya di Jalan Rengganis, Vila Duta, Kota Bogor.
Dari penghasilannya, ia mampu membiayai sekoÂlahnya sendiri, dan Wiwi juga mampu membeli kendaraan sendiri kala itu.â€Saya kuliah biaya sendiri, tidak mau minta sama orangtua, padahal papa saya selalu menaruh uang jajan dan kebuÂtuhan kuliah lainnya diatas lemari. Tetapi saya tidak pernah ambil, karena komitmen saya memang tidak mau menyusahkan orangÂtua,†paparnya.
Bagi ayah dua anak ini, kepuasan menggunakan uang yang ia hasilkan sendiri jauh lebih terasa dibandingkan menghabiskan uang orang tua. Pakai uang hasil sendiri itu jauh lebih leluasa, laÂgipula dengan usahanya, ia mampu merangkul teman-temannya yang masih menganggur.
Namun, diujung tahun 1989 ia pernah terpuruk lantaran ia terÂsungkur kedalam dunia judi selama setahun lebih, segala harta benda yang ia kumpulkan sejak SMP hilang karena judi. Namun, dengan kondisinya yang tidak punya apapun ia tetap tidak meÂminta uang orangtuanya.â€Mobil dan harta benda saya lenyap karena berjudi, bahkan saya cuma mampu makan ketan saja di kampus.
Tetapi saya tetap tidak mau menyusahkan orangtua, jadi saya berjuang lagi dari awal untuk meraih semua yang hilang,†tutur anak ke-dua dari enam bersaudara ini. Setelah itu, sambung dia ini, pada tahun 1996 mulai berganti bisnis baja ringan dan aluminÂium. Bisnis menjanjikan ini terbukti mampu memberikan pengÂhasilan yang banyak bahkan lebih kepada Wiwi dan keluarganya, dan bisnis ini ia geluti hingga saat ini.â€Buat saya, dalam hidup asal mau usaha dan jujur, rejeki itu selalu ada. Jadi saya kapok main judi lagi, saya mau normal-normal saja, biar rejekinya semakin banyak,†pungkasnya.