Oleh : Adhy Purnama

S2 Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor

Mengingat peran sebagai ayah dari seorang putri kecil, teringat saya akan sebuah novel Pramoedya Ananta Toer (Maestro Sastra indonesia) yang berjudul ”Perawan Remaja di cengkraman Militer”. Ada sepetik kalimat “ sudah terlambat nak, pulanglah kalian ke tanah jawa, biarkan aku disini dimasa tuaku, lupakan saja, semua sudah terlambat”. Isi novel ini menceritakan pengalaman sang penulis ketika ditahan dipulau Buru sekitar tahun 1965-1979, ditemukan beberapa wanita tua yang merupakan wanita –wanita  mantan jugun ianfu (wanita-wanita penghibur ). Sampai saat sekarang belum ada dokumentasi tertulis dari Pemerintah Jepang, disamping ketidakmauan para korban yang menganggap hal itu aib, menjauh dari keluarga mereka, diam dalam pelarian bahkan dibawa oleh suku pedalaman, dan disumpah untuk menghilangkan identitas , bahasa dan masa lalunya,  “Saya ingin semua orang terutama generasi muda tahu seluruhnya. Tidak hanya sepotong-potong,  agar mereka tahu dan mengerti bahwa menjadi jugun ianfu bukan mau kami dan bahwa kami bukan pelacur”. Dikatakan oleh  mantan Jugun Ianfu, Almarhumah ibu Mardiyem  dalam buku Momeye : “Mereka Memanggilku” . hingga kini pemerintah Jepang tetap menolak untuk bertanggung jawab secara hukum. Alasannya para korban ialah jugun ianfu bekerja sukarela, bukan sebagai budak seks.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992) . Di saat era mileneal ini social media begitu cepat merajalela, bagi masyarakat khususnya remaja, media social sudah menjadi candu yang menyebabkan pengguananya  tiada hari tanpa membuka media social ( Putri & Nurwati, 2014). Remaja, anak-anak SD  bahkan bayipun sudah banyak mempunyai sosmed entah itu Facebook, Twitter, Instagram, Path, dll. Kepemilikan akun sosmed tersebut dianggap sebagai ajang pamer untuk sebagian orang, terutama di sosial media Instagram banyak orang yang mengepost hanya untuk ajang pamer  seperti kekayaan , harta, bahkan ada trend baru  foto-foto para remaja sekolah SMA di Indonesia, yang diunggah diakun sosmed  dengan memakai baju putih abu-abu dicoret-coret dan robekan hingga paha, bahkan masturbasi oknum wanita remaja dengan pakaian SMA tanpa terlihat  wajahnya.

Dari dua periode waktu yang berbeda, kita  lihat para wanita remaja yang berpendidikan terpaksa melayani hidung belang pencari seks dengan terpaksa, bahkan menurut cerita mereka, sebagian ada yang mati bunuh diri di kapal ketika diangkut ataupun dibunuh karena mengecewakan tentara jepang, miris ketika dibandingkan dengan oknum remaja wanita dengan seragam sekolah di saat ini membuat video baik sebagai kosumsi pribadi untuk pacar, komunitasnya tanpa ada beban moral.  Sesungguhnya tidak layak menyandingkan para jugun ianfu yang terpaksa melayani seks dengan kelakuan oknum remaja kita ,  namun  jangan smpai ada anggapan di masa depan bahwa oknum remaja ini pun sukarela memamerkan tubuhnya. Jangan biarkan bibit-bibit pemuda kita menjadi tidak berguna saat kita dipuncak bonus demografi yang digadang- gadang pemerintah sebagai salah satu indikator kemajuan bangsa dengan banyaknya tenaga Produktif  sia-sia. Keberadaan bonus demografi menurut Jati (2015) diasumsikan dapat meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Lebih lanjut Hayes (2015) mengatakan bahwa perubahan struktur umur dalam cakupan negara pada kondisi tertentu dapat menjadi stimulus untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

============================================================
============================================================
============================================================