Industri dalam negeri saat ini sudah bisa mengemÂbangkan dan memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih seperti kapal perang. Tak sampai itu, PT PAL Indonesia berhasil menjual kaÂpal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) kepada militer FiliÂpina.
Terbaru, PAL meluncurkan kapal perang perusak berjenis Guided Missile Frigate/Perusak Kawal Rudal (PKR). Untuk meÂningkatkan kemampuan, PAL juga melakukan transfer of techÂnology dengan produsen kapal dunia.
Melihat kemampuan ini, MenÂko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyebut hal ini sebagai keunggulan industri perÂtahanan RI seperti PAL. Selain teknologi yang tak kalah bersaÂing, harga produk alutsista IndoÂnesia juga jauh lebih kompetitif daripada mengimpor.
“Di masa lalu, angkatan berÂsenjata kita senangnya impor alutsista, beli dari luar negeri. Tapi harganya sering kemahaÂlan. Menhan kita (Ryamizard Ryacudu) saat ini fokus beli dari dalam negeri. Ini akan memÂbantu industri kita sendiri,†ujar kata Rizal Ramli seusai pelunÂcuran Kapal Perang PKR ke-1 dan SSV ke-1 serta Keel Laying SSV ke-2 di Divisi Niaga PT PAL, SuraÂbaya, Senin (18/1/2016).
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu membenarkan apa yang dikatakan Rizal. TNI saat ini berusaha semakÂsimal mungkin membeli alutsista dari industri dalam negeri seperti PAL dan galangan kapal lainnya. “Kita membuat sendiri baik di PAL dan galangan-galangan lain,†ujar Ryamizard.
Ryamizard menambahkan bahÂwa angkatan darat sudah membukÂtikan sendiri ketangguhan alutsista buatan dalam negeri seperti panÂser ANOA buatan PT Pindad (PerÂsero), terbaru BUMN senjata yang bermarkas di Bandung ini berhasil memproduksi panser jenis Badak.
Untuk pemenuhan alutsista di TNI Angkatan Udara, Kemenhan sedang mengembangkan jet temÂpur secara mandiri. Kemenhan menujuk PT Dirgantara IndoneÂsia (PTDI) berkolaborasi dengan Korea Aerospace Industries (KAI) untuk mengembangkan dan memÂproduksi jet tempur generasi 4.5 bernama KFX/IFX. “Kita kerÂjasama dengan Korea, transfer tekonologi. 5-6 tahun ke depan diharapkan kita sudah bisa buat pesawat tempur,†tutup RyamizÂard.
Rizal Ramli memang menghadiri peluncuran kapal perang jenis StraÂtegic Sealift Vessel (SSV) pesanan militer Filipina dan kapal perang ‘perusak’ jenis Guided Missile FrigÂate/Perusak Kawal Rudal (PKR) pesanan TNI AL yang berlokasi di galangan kapal milik PT PAL IndoÂnesia (Persero), Surabaya.
Usai melihat kemampuan PAL, Rizal menyebut pencapain kali ini bisa menjadi momentum bagi inÂdustri galangan kapal Indonesia, khususnya PAL untuk memperÂlebar sayapnya di dunia internaÂsional.
Indonesia, lanjut Rizal, meÂmiliki keunggulan daripada proÂdusen kapal dunia dari sisi biaya tenaga kerja dan produksi bahan baju baja sehingga produk kapal perang buatan Indonesia bisa lebÂih kompetitif.
“Sekarang ini industri kaÂpal bergeser ke Asia khususÂnya Vietnam dan indonesia. Ini momentum kita karena indusÂtri kapal sangat labor dan mateÂrial intensif. Untuk material kita punya pabrik baja,†kata Rizal. Untuk menangkap momentum itu, Rizal menilai perusahaan galanÂgan lokal seperti PAL harus aktif menggandeng galangan kapal negÂara maju untuk melakukan transfer teknologi.
“Win-win karena merek mereka tidak lagi kompetitif di Eropa. Bila ada strategic alliance dengan IndoÂnesia, mereka kan bisa kompetitif. Jadi kita momentumnya sudah teÂpat untuk memulai kegiatan ini,†pungkas Rizal.
Rizal yakin ndonesia akan maju dalam industri perkapalan di masa depan. “Kami yakin kualitas kami bagus. Akan ada masanya nanti kita ekspor ke negara lain,†tandas Rizal.
Selain itu, Rizal meminta PAL agar mempercepat pengiriman kaÂpal perang SSV pesanan Filipina menjadi 2-3 minggu lebih awal dari jadwal yang ditentukan.
Rizal ingin agar pembuatan SSV yang pertama dipercepat karena Filipina akan menggelar Pemilu. Sebelum Presiden Filipina, Benigno Simeon Aquino tidak lagi menjabat sebagai presiden, Rizal ingin agar kapal itu sudah jadi sehingga bisa menjadi hadiah buat Aquino.
“Saya minta Dirut PT PAL agar selesai 2-3 minggu lebih awal sebÂagai hadiah untuk Presiden AquiÂno,†tambahnya.
Setelah diluncurkan hari ini, SSV pesanan yang pertama ini akan melalui proses finishing, pengujian hingga sea trial. Sesuai kontrak, PAL harus mengirimkan armada SSV pertama di akhir Mei 2016.
Sementara itu, Direktur Utama PT PAL, Firmansyah Arifin meÂnyanggupi untuk mempercepat pembangunan dan pengiriman SSV pertama.. Hal itu juga akan berlaku untuk SSV kedua.
“Kami siap memenuhi target. Sekarang saja kami sudah bisa melebihi target yang sudah ditenÂtukan. Untuk SSV kedua mungkin akan lebih cepat karena sudah ada jalannya yakni SSV pertama,†ujar Firmansyah.
(/net)