alfian mujaniSEORANG pemuda ber­tanya kepada seorang kakek yang terkenal bijak, “Apakah yang di­namakan keberanian itu kakek?” Dengan kalimat lembut dan wajah berhi­as senyuman, kakek bijak itu menjawab, “Anakku, keberanian yang sesung­guhnya adalah kemam­puan bersabar ketika mendapat musibah, kemampuan menahan amarah ketika mendapat ujian, kemampuan untuk tersenyum dikala ditimpa derita.”

Anak muda itu mengangguk-anggukkan kepala tanda paham. Rupanya pemuda ini­pun ingin mencoba bentuk nyata dari definisi keberanian sang kakek. Diambilnya pasir dis­ebelahnya lalu ditaburkannya ke wajah sang kakek bijak itu. Wajah sang kakek penuh debu. Bagaimana respon sang kakek? Murid-murid sang kakek menangkap pemuda ini. Dengan tersenyum si kakek menyuapi pasir ke mulut pemuda itu. Pemuda itu teriak: “Kakek pem­bohong, kakek tidak bijak, kakek pendendam, kakek pemarah.” Teriakannya diulang-ulang sambil marah dan muka memerah.

Kakek itu menjawab: “Anakku, hidup ini tempat ujian. Engkau mengujiku, aku men­gujimu. Aku menjawab dengan senyuman. Engkau merespon dengan teriakan. Itulah bedanya aku dengan dirimu. Jangan biasakan ngetest orang lain ya. Testlah dirimu sendiri saja.” Kakek itupun pergi dengan tersenyum.

============================================================
============================================================
============================================================