Untitled-5BANDUNG, TODAY – Penampilan seorang pemain sepak bola kini memang lebih mentereng. Emen Suwarman pun meng­ingatkan para pemain muda jangan mengedepankan gaya, tapi kualitas.

Entah siapa yang memulai, dewasa ini para pemain sepak bola memang cend­erung memperhatikan penampilan. Bahkan gaya rambut pun dibuat sedemiki­an rupa sesuai tren terbaru. Tak jarang pula pemain yang dijadikan model iklan bahkan jadi bintang film. Tak terkecuali para pemain Pers­ib Bandung.

Legenda Persib era 1960- an, Emen Suwarman, meli­hat para pemain di era sepak bola modern ini memang tak melulu mementingkan kualitas bermain sepak bola.

“Kalau dulu enggak seperti itu, yang bagus itu main bolanya bukan rambut­nya,” kata Emen.

Sah saja memang, mengingat seb­agai pemain harus memberikan yang terbaik kepada suporter. Di mana penampilan menjadi salah satu poin un­tuk mendapatkan nilai plus dari pengge­mar. Namun Emen berharap, para peng­gawa Maung Bandung mengutamakan kualitas performa di samping gaya.

BACA JUGA :  Daftar Pemain Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024

“Jangan gaya dulu yang didahu­lukan, tapi bagus dulu mainnya baru setelah itu boleh gaya,” imbuhnya.

Selama 14 tahun membela Persib, yakni sejak 1960 hingga 1974, Emen tahu betul perbedaan yang mencolok dengan kondisi tim saat ini. Hingga saat ini, Emen tidak pernah memiliki jersey Maung Bandung sekalipun dia mantan pemain. Karena setiap habis berlaga, jersey tersebut harus dikembalikan.

“Dulu kaus, jaket semua dibalikin lagi karena inventaris, di (tim) Nasional juga sama tahun 1961 sampai 1965,” kata kakek berusia 76 tahun ini.

Empat tahun membela tim merah putih, Emen berkesempatan mengin­jakan kaki di berbagai negara khusus­nya Asia Tenggara. Pernah berjalan di Tembok Besar Tiongkok, China, men­jadi pengalaman yang hingga kini masih terekam dibenaknya.

Meski begitu, Emen belum pernah mempunyai sepatu sepak bola dengan merk terkenal. “Saya sampai ke luar Neg­eri, ke 18 Negara enggak pernah kebeli sepatu yang bagus. Dulu bawah sepatun­ya itu ada paku, kalau diperbaiki biasan­ya di Kosambi (Bandung),” bebernya.

BACA JUGA :  Nathan Tjoe-A-On Dipastikan Perkuat Indonesia di Piala Asia U-23

Umurnya memang sudah senja, na­mun ingatannya masih kuat. Dia men­genang, harga sepatu yang dia kenakan seharga Rp150 rupiah. Karena merek abalabal, biasanya tak tahan lama. Apa­lagi bila musim hujan dan banyaknya genangan air di lapangan, otomatis mempercepat usia sepatu.

“Lapangan sekarang bagus kalau dulu kan rusak, tapi kalau main bagus ya enak saja mau di lapangan rusak juga. Kalau sekarang kan lapangan ban­yak yang bagus,” paparnya.

Terakhir jabatannya hanya menjadi messeur atau pemijat di tim Persib. Na­mun pada 2014 lalu, saat Persib juara Indonesia Super League (ISL), dia sudah tidak ada di tim. Setidaknya Emen per­nah menjadi asisten pelatih saat juara di kompetisi Perserikatan 1993/1994 dan Liga Indonesia I 1994/1995.

“Sekarang saya menikmati saja me­lihat pemain-pemain muda, angkatan saya yang masih hidup itu tinggal ber­dua. Saya sama Rukman,” pungkasnya.

(Imam/net)

============================================================
============================================================
============================================================