bambangsBambang Sudarsono

NAMPAKNYA, ber­tambahnya usia dan eksistensi manusia ber­banding terbalik. Bila usia bertambah, maka waktu keberadaannya di planet bumi ini berkurang. Se­buah kepastian yang tiada dapat ditawar lagi, bahwa pada masanya nanti perjalanan individu manusia akan selesai. Lalu secara alamiah di­gantikan oleh generasi berikutnya.

Satu hal pasti dengan bertambahnyanya usia, bertambah pula tingkat ketuaan kita. Na­mun sayang, persoalan yang menggelayuti hidup tiap orang bukan semakin berkurang. Persoalan hidup itu selalu muda seperti waktu yang terus memperbaharui diri. Persoalan “menghajar” diri tiap indvidu siang malam, silih berganti, seakan tiada habisnya menghujam pikiran dan batin ini tanpa lelah dan tanpa pandang bulu.

Sikap manusia menghadapi tiap persoalan menempanya hingga menjadikannya sebagai manusia utuh atau justru rapuh. Kearifan sejati manakala seorang mampu menemukan solusi yang bertanggungjawab atas segela persoalan. Ia tidak lari, namun dengan lapang dada berani menghadapinya hingga pada masanya ia men­jadi pemenang atau paling tidak mampu mener­ima realita hidup segetir apapun dengan penuh kepasrahan jiwa. Ini adalah satu ciri kedewasaan yang tidak secara otomatis melekat pada usia tua. Adakalanya seorang masih berusia muda tapi kematangan pribadinya telah menunjukkan bukti kedewasaan.

Memang, usia tua sebuah kepastian kede­wasaan adalah pilihan.

============================================================
============================================================
============================================================