KESUKSESANNYA sebagai pendiri PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (Bank Mayapada) yang kini telah tumbuh besar menjadi bank swasta nasional, kemudian merambah bisnis kesehatan, properti, duty free, dan media telah menuai berbagai penghargaan. Tidak salah jika sebuah diskusi yang diadakan di Financial Club Jakarta, mengundang Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir untuk membagikan kunci suksesnya.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Menurut Tahir, definisi sukses berbeda-beda bagi setiap orang. “Bagi saya, keluarga adalah hal yang terpenting, dan ketika saya memiliki anak-anak yang baik dan saya bangga terhadap mereka, maka saya sudah merasa sukses,†jelasÂnya.
Menurutnya, anak-anaknya telah diÂdidik dari awal untuk menjadi seorang pemimpin. Tahir mengatakan bahwa dalam mendidik anak yang terutama adalah memberikan waktu bagi mereka. “Saya menghabiskan banyak waktu untuk anak-anak saya, menurut saya hal ini yang jarang dilakukan oleh seorang pengusaha saat ini, mereka terlalu banyak mengÂhabiskan waktu untuk bisnis. Kita bisa mengirim anak-anak untuk mendapatkan pendidikan terÂbaik, misalnya ke Harvard, tetaÂpi ada saat-saat dimana orang tua harus ada bagi mereka,†kata Tahir.
Selain itu, pendidikan terbaik bagi anak adalah dengan menjadi contoh. Saya mengatakan kepada anak-anak saya, “Kalian harus menghormati saya, sama sepÂerti saya menghormati orang tua saya. Kalian harus baik kepada saudara, sama sepÂerti saya baik kepada saudara-saudara saya. Belajar lah dari saya, tidak perlu dari orang lain.†Bagi Tahir, contoh yang baik dalam sebuah keluarga adalah dasar dari semua pendidikan.
Bisa dilihat hasilnya, kini putra bungsu yang juga merupakan anak lelaki satu-satuÂnya, Jonathan Tahir, telah menjadi pimpinan beberapa perusahaan, termasuk menjadi komisaris utama PT. Bank Mayapada dan jaÂbatan yang sama di perusahaan joint venture yang mengoperasikan Duty Free Shop (DFS) di Indonesia. Ketiga anak perempuan Tahir juga menjabat posisi penting di kerajaan bisÂnis keluarga Tahir, bukan hanya karena merÂeka pewaris, namun karena mereka kompeÂten dan memiliki kemampuan memimpin yang telah dipupuk sejak dini oleh sang ayah.
Dalam menjalankan bisnisnya, Tahir memperhatikan tiga hal utama. Pertama, harus mengetahui posisi keuangan/ kapaÂsitas diri sendiri. “Saya tidak akan melakuÂkan sebuah bisnis, jika keuangan saya tidak sanggup. Saya tahu kekuatan dan kelemahan saya,†ungkap Tahir.
Kedua, memiliki tim kerja yang baik yang bisa mengimplementasikan gagasan-gagasan atau visinya. Ketiga, mengetahui bahwa bisÂnis tersebut memiliki masa depan.
Selain ketiga hal tersebut, Tahir menÂganggap dirinya sebagai rock climber. Ia akan selalu meningkatkan kapasitas dirinya semakin hari semakin tinggi. Ia juga ingin menjadi berkat bagi sesama, ia senang meliÂhat orang-orang mendapatkan kesembuhan, mendapatkan pendidikan yang baik, dan mendapatkan pertolongan. Semua inilah yang menjadi filosofi hidup Tahir, dan menÂjadi tumpuan untuk meraih kesuksesannya.
Selama ini Tahir dikenal sebagai pebisÂnis yang tidak hanya mencari keuntungan semata, melainkan memperhatikan aspek sosial. Hidupnya juga didedikasikan untuk kemajuan sejumlah bidang, seperti pendiÂdikan dan olahraga. Ia kerap menuai pengÂhargaan, antara lain Chancellor Citation dari chancellor University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Sebelumnya Tahir telah menerima penghargaan Entrepreneur of the Year 2011 dari Ernst & Young, penghargaan di bidang pendidikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (2011), dan masih banyak lagi.
Bank Mayapada yang didirikan Tahir bank yang memiliki segmen pasar di sektor usaha kecil dan menengah. Bank ini aktif menggerakkan pengusaha di daerah melalui gerai Mayapada Mitra Usaha. Karena keseriuÂsannya dalam pengembangan usaha kecil, Tahir dianugerahi gelar goktor kehormatan oleh Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, pada 2008.
Dirinya pun diberi gelar Dato’ Sri dari Sultan di Malaysia namun dengan rendah hati Tahir mengatakan bahwa, “Saya hanya beruntung mendapatkan gelar Dato’ Sri, buÂkan hal yang spesial.†Menurutnya, setiap penghargaan yang didapat menjadikan diri kita senang, tapi yang harus diingat adalah setiap penghargaan ada tanggung jawab soÂsialnya yang harus diberikan kembali untuk masyarakat. (*)