Oleh: HERU BUDI SETYAWAN
Nomine Anugrah Guru Inspiratif Jabar Een Sukaesih Awards 2015

Sebagai nilai tambah, kelas ini nantinya me­miliki pengajar yang tidak biasa. Yang akan diisi oleh orang-orang profesional, para pejabat, Mus­pida, dan tingkat nasional. Sep­erti, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, juga beberapa menteri lainnya. Peserta didik akan mendapatkan kelas praktik, misalnya ke kan­dang sapi, museum atau praktik kepemimpinan lainnya.

Sekretaris Disdik Kota Bogor Fahrudin menambahkan, “Dari jumlah anak angkatan pertama yang berprestasi dan melanjut­kan ke perguruan tinggi, Pemkot akan memberikan reward berupa beasiswa untuk yang terbaik,” jelasnya. Walikota Bima Arya pun menginginkan bahwa bea­siswa dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi hingga S-2. Dengan satu syarat, bahwa selanjutnya siswa tersebut harus mengabdi di Pemerintahan Kota Bogor. “Kare­na kami ingin, pemimpin Kota Bo­gor ke depan adalah orang yang berkarakter,” ungkap Fahrudin. (POJOKJABAR.com, 22/10/2015)

Penulis sangat setuju dan apresiasi dengan apa yang di­canangkan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk melaksanakan Kelas Khusus Pendidikan Berkarakter, yang pertama di Kota Bogor dan mungkin yang pertama juga di Indonesia. Pada kesempatan ini, penulis akan memberi masukan untuk Kelas Khusus Pendidikan Berkarakter, yaitu:

Nama Kelas Khusus Pendidi­kan Berkarakter lebih baik kalau diganti menjadi Kelas Khusus Pendidikan Berakhlak Mulia. Penamaan ini lebih pas dan ses­uai dengan apa yang terdapat pada UU No 20 Tahun 2003 Ten­tang Sisdiknas (Sistem Pendidi­kan Nasional) bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan teren­cana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritu­al keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1)

BACA JUGA :  MUDIK MENDIDIK KITA UNTUK GAS POL SEKALIGUS SABAR DALAM HIDUP INI

Pengertian pendidikan diatas tidak ada kata karakter, tapi justru ada kata akhlak mulia, bukankah ini lebih sesuai dengan kata bera­khlak mulia dari pada kata kara­kter. Demikian juga pada tujuan pendidikan nasional pada Sis­diknas, tidak ada kata karakter. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta per­adaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan ke­hidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kre­atif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3).

Kebanyakan dari kita lebih suka memakai kata karakter yang terlihat lebih ilmiah dan keren dari pada kata akhlak mu­lia yang bersifat islami. Demikian juga kita lebih senang memakai kata religius dari pada soleh atau solehah. Kita sering mendengar orang berkata ,”Orang itu religi­us, dari pada orang itu soleh atau solehah,”. Apakah ini pengaruh islampobia yang begitu luar bi­asa pada kehidupan kita, sampai pada pemilihan kata pun kita ti­dak suka pada hal-hal yang bersi­fat islami. Dengan kata lain, kita sok kebarat-baratan dan tidak bangga sebagai seorang muslim.

BACA JUGA :  MUDIK MENDIDIK KITA UNTUK GAS POL SEKALIGUS SABAR DALAM HIDUP INI

Pemerintahan Jokowi-JK, juga lebih senang dan pede menyebut revolusi mental, ketimbang rev­olusi akhlak. Menurut Jokowi rev­olusi mental adalah justru menga­rahkan masyarakat secara massif menerapkan ajaran Ketuhanan. Di sini Jokowi juga lebih senang ber­kata ajaran Ketuhanan, ketimbang ajaran tauhid atau ajaran Allah.

Memang pengertian karak­ter dengan akhlak mulia hampir sama, tapi jelas berbeda. Menu­rut Kamus Besar Bahasa Indone­sia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Oleh karena itu, karakter adalah ni­lai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantah­kan dalam perilaku (Kemendik­nas, 2010). Sedang akhlak mulia adalah semua perilaku kita yang diridhoi oleh Allah, perilaku kita yang diridhoi oleh Allah adalah perilaku yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist.

Padahal Islam adalah rah­matan lil alamin (rahmat untuk seluruh alam) lagi pula bukankah panutan kita sebagai seorang muslim Nabi Muhammad diutus oleh Allah di muka bumi ini un­tuk memperbaiki akhlak manu­sia?. Baik selamat berkarya Dis­dik Kota Bogor, kita tunggu lagi program-program yang kreatif dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Bogor, Jayalah Bogorku. (*)

============================================================
============================================================
============================================================