PEMERINTAH kembali menggelar turnamen nasiÂonal berlabel Piala Jenderal Sudirman, 14 November 2015 hingga Januari 2016. Namun, hanya kontestan ISL saja yang mendapat jatah berÂtanding. Tim-tim Divisi UtaÂma hingga Liga Nusantara harus puas jadi penonton.
Oleh : Adilla Prasetyo Wibowo
Berbagai kalangan menilai keputusan pemerintah hanya menguntungkan tim-tim kasta teratas dan seakan menÂganaktirikan tim-tim ksata di bawahnya. Namun, pelatih Persatuan Sepakbola Indonesia Kabupaten Bogor (PersikÂabo), Sairan tidak mau ambil pusing. “Kita benahi kondisi internal dulu,†katanya singkat belum lama ini.
Senada, CEO Persatuan Sepakbola Indonesia Semarang (PSIS), AS Sukawijaya atau yang akrab disapa Yoyok Sukawi, menilai kebiÂjakan tersebut hal yang biasa. “‘Ya, wajar tim seperti kami tak diliÂbatkan karena operator orientasinya bukan prestasi, tapi bisnis. Kalau Divisi Utama umumnya kalah menjual dibanding ISL di ratÂing televisi,â€â€™ kata Yoyok mengutip bola.com, Rabu (28/10/2015).
Kompetisi dinilai jadi ajang tepat untuk menghidupkan kemÂbali tim-tim liga kasta kedua hingga ketiga. Selain berjenjang, peserta lebih bergairah karena akan mendapat tiket promosi ke ISL musim berikutnya.
“‘Jadi, tidak ada yang diuntungkan dan dirugikan karena semua peserta terlibat dalam pembahasan konsep turnamen hingga peraturan yang disepakati,â€â€™ tutur pria yang juga anggota Komisi IV DPRD Jateng itu.
Setelah sukses menggulirkan Piala Polda Jateng, pihaknya berencana merealisasikan turnamen bertajuk Piala Gubernur Jateng. Namun, pria yang juga belum mengetahui kapan waktu pelaksanaan yang tepat. “‘Waktunya fleksibel bisa awal tahun atau pertengahan tahun. Jika kompetisi resmi sudah bergulir, turÂnamen itu jadi ajang pramusim,â€â€™ ucapnya.
Di Jateng, ada 10 klub Divisi Utama, yakni PSIS Semarang, PSIR Rembang, Persijap Jepara, PSCS Cilacap, Persibat Batang, Persip Pekalongan, Persibas Banyumas, Persibangga Purbalingga, PersiÂpur Purwodadi, dan Persis Solo.