Untitled-14MASIH ingat dengan jargon iklan Pic, Pic, Olympic? Sebuah kata sederhana namun begitu melekat di benak masyarakat Indonesia pada era 1980-an hingga saat ini. Jargon pemasaran itu sangat co­cok menggambarkan produk furnitur lokal merek Olympic yang merupakan pionir di kelas produk bongkar pasang alias knock down. Di balik nama besar Olympic, ada peran dari sang Pendiri seka­ligus Presiden Direktur PT Cahaya Sakti Furintraco, Au Bintoro. Dia sukses mengantarkan Olympic menjadi pemimpin pasar dikategori knock down furnitur selama tiga dekade ini.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Olympic kini telah bertumbuh pesat. Bukan saja menguasai pasar dalam negeri, tapi juga merajai pasar ekspor di Timur Tengah. Maklum, sebesar 80 persen dari produk furnitur Olym­pic diserap pasar domestik, sedangkan sisan­ya dilempar ke luar negeri, terutama Timur Tengah.

Tak pernah terbersit dipikiran Au ketika masih kecil untuk menjadi seorang bos sep­erti sekarang. Ia bercerita mengenai masa kecilnya yang kelam. Pendidikan pun hanya berijazah SMP. Pria yang hobi bermusik ini pun makin ‘liar’. Kenakalan remaja, seperti balapan liar, Au lakoni untuk mengisi waktu setiap akhir pekan. Hari-hari biasa Au pakai melakukan aktivitas membantu pamannya menjual sepatu di Jatinegara.

Hingga pada suatu persitiwa, Au mengal­ami kecelakaan hebat saat sedang memacu kuda besi di lintasan balap. Ia pun masuk rumah sakit dengan luka yang cukup serius pada bagian kaki. Selama dua tahun aktivitas kesehariannya harus dibantu dengan kursi roda. “Sempat hopeless. Saya berpikir apa yang bisa saya kerjakan di atas kursi roda? Jika saya nikah, bagaimana saya bisa menafkahi istri dan anak-anak saya?,” ungkap Au.

Pada 1975, Au Bintoro menikahi Tan Wellih. Hasrat menggebunya untuk men­cari nafkah sendiri semakin kencang. Au kemudian memilih untuk kursus perbaikan radio dan TV. “Karena saya pikir kerja sam­bil duduk untuk perbaiki masih bisa. Radio tetangga dan teman-teman saya perbaiki. Ternyata bisa,” cerita pria kelahiran Riau, 1 Agustus 1952.

Pada 1979, Au pindah ke kota hujan, te­patnya di Gang Mesin, Jalan Roda, Bogor Ten­gah, Kota Bogor. Di sana Au terbersit untuk membuat box speaker. Au pun menjalani pekerjaan sebagai tukang service radio dan sekali-kali membuat speaker radio. “Modal pertamanya, saya jual kalung istri senilai Rp350 ribu. Waktu itu uang sebesar itu san­gat tinggi,” katanya.

BACA JUGA :  Wajib Tahu! Bersihkan Usus Kotor Setelah Lebaran dengan 6 Makanan Ini

Tak diduga, bisnis box speaker-nya berkembang pesat. Dari dua karyawan, mem­bengkak jadi ratusan kayawan. Dari diker­jakan di garasi, box speaker kemudian dibuat di pabrik. Untuk memperbesar bisnisnya, Au mendapat pinjaman dari bank sebesar Rp25 juta. Pinjaman tersebut dipakai untuk mem­beli lahan seluas 3.000 meter persegi di Jalan Kaum Sari, Kedung Halang, Kota Bogor. Kini lahan tersebut menjadi pabrik Olympic Furni­tur yang telah mendunia.

Hingga pada tahun 1982, secara tidak sen­gaja Au melihat mobil pick up mengangkut sebuah lemari yang cukup besar di depan pabrik. Desainnya tidak simpel dan berat, se­hingga untuk mengangkatnya dibutuhkan be­berapa orang pekerja. Tak dinyana, peristiwa tersebut kemudian mengubah jalan hidup Au.

“Tapi, saya melihat ada suatu ancaman pada industri box speaker. Saya melihat, du­nia speaker produknya semakin hari semakin mengecil. Ini sangat membahayakan bagi in­dustri ini ke depannya,” kata dia.

Pada suatu sore, Au memikirkan kelang­sungan insutri box speaker di halaman pabrik. Saat suasana hujan Au melihat sebuah mobil pick up yang sibuk mengangkut lemari dan meja dari bahan kayu jati.

“Saya perhatikan, itu kok besar amat. Bagaimana kirimnya, harganya pasti mahal banget. Dari situ saya berpikir, Indonesia ini kan banyak pulau, bagaiaman ini ngirimnya kalau ke luar daerah. Dari situ ide muncul, kalau produk ini bisa disimpelkan dan tidak perlu kayu jati. Pasti akan lebih praktis. Ke­mudian saya mencoba membuat produk meja belajar anak menggunakan bahan baku speak­er dengan sistem knock down atau bongkar pasang,” jelasnya.

Produk buatan Au mendapat sambutan dari pasar. Bisnis funitur terus berkembang. Dari hanya meja, produk Au merambah hing­ga lemari sampai tempat tidur. Sejak 1983, Au benar-benar menekuni bidang furnitur dan meninggalkan profesinya sebagai pembuat box speaker. Brand Olympic pun ia gunakan lantaran terinspirasi dari helatan olahraga du­nia Olimpiade XXIII yang berlangsung di Los Angeles pada 1984. Hingga sekarang Au mam­pu bertahan sebagai market leader di indus­tri furniture di tanah Air. Bahkan, produknya pun telah di ekspor ke berbagai belahan du­nia.

BACA JUGA :  Semangka Bagus untuk Diet, Benarkah? Simak Ini

Bagaimana seorang lulusan SMP ini bisa mengurus perusahaan besar? “Sense of busi­ness saya dapat dari orangtua. Darah orang Tionghoa itu kan kandungan entrepreneur-nya ada, sehingga inisitif dan kreatif untuk masuk ke dunia bisnis menjadi suatu pilihan. Tidak kepikiran untuk kerja bersama di peru­sahaan orang lain. Harus mencipatakan usaha baru,” katanya.

Au bahkan tak menampik jika dirinya be­lajar banyak dari para bawahannya. “Untuk management, saya cari orang pintar-pintar dan suru masuk ke sini. Saya belajar dari mer­eka yang S1 dan S2. Selebihnya saya belajar secara otodidak, beli buku, baca,” imbuhnya.

Meski bisnisnya maju pesat, Au mengaku belum merasa puas. “Saya punya prinisp tidak pernah puas, selama saya masih bisa berdiri dan berkatifvitas, saya akan gempur terus. Jangan lupa, kita hidup di dunia harus bisa bermanfaat untuk orang lain. Harus se­banyak mungkin berbagi. Bukan hanya ma­teri, tapi ilmu dan kemampuan juga harus dibagi. Jadi, Olympic ini tempat-tempat orang untuk belajar, banyak karyawan yang keluar dari sini pada berhasil,” terang kakek tujuh cucu ini.

“Obsesi saya ke depan, ingin membangun kawasan insutri furnitur dengan sistem klus­ter yang terintegritas se-nusantara. Sukabumi sedang dikembangkan, Cirebon dan kota-kota lainnya akan menyusul. Sehingga para pelaku industri meubel dan furniture kumpul jadi satu dan akan lebih efisien,” tambah peraih bintang jasa dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas aksi sosial.

Selain fokus bisnis, Au juga kini sedang mempersiapkan buku The King of Furniture. Buku tersebut bercerita mengenai sosok Au Bintoro yang memulai bisnisnya dari nol. “Yang tadi saya ceritakan baru sebagaian. Ula­san lengkapnya ada di buku yang akan saya launching tahun ini,” pungkasnya.

(/NET)

============================================================
============================================================
============================================================

1 KOMENTAR

  1. Saya terkesan dn kagum sama bpk au bimantoro .saya pribadi mendukung beliau utk impian propertinya ..semangat pak au ..saya sdh melihat lokasi beliau ….saya bu wati dr bina marga pupr jln patimura jkt.