Untitled-7“Persistensi bisa terjadi di semua jenis gigi sulung atau susu, tetapi lebih sering terjadi pada gigi seri bawah, gigi taring bawah dan atas serta gigi geraham kecil. Gambaran seperti ini sering dijumpai pada anak-anak di usia sekolah dasar”

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Setiap manusia pasti men­galami fase pergantian dari gigi susu dengan gigi tetap. Namun, tidak semua orang mengetahui dan mengerti proses tersebut. Seringkali gigi susu pada anak tidak mau goyah dan tanggal. Dimulai dari lahir sam­pai umur enam bulan (Predental Period) yang terdiri dari fase Gum Pads dan fase Precociously Erupted Primary Teeth; dilanjutkan ke masa gigi geligi sulung atau susu (Deciduis Dentition Period) dari usia enam bu­lan hingga lima tahun.

Lalu memasuki masa gigi geligi peralihan atau bercampur (Mixed Dentition Period) di usia enam ta­hun hingga 12 tahun sebelum me­masuki masa gigi geligi tetap (Per­manent Dentition Period). Seperti dipaparkan oleh drg Prisilia Paseru yang berpraktek di RSIA Melania Bogor.

“Pembentukan benih gigi ter­jadi sejak dalam kandungan di usia lima minggu. Benih tersebut akan berkembang dan mengalami proses kalsifikasi sehingga terbentuk email dan dentin. Proses ini memakan waktu yang panjang,” ungkapnya.

BACA JUGA :  7 Makanan Sehat Ini Ternyata Akan Bantu Turunkan Gula Darah

Pembentukan mahkota gigi su­lung atau susu dimulai dari kandun­gan hingga bayi berumur beberapa bulan. Demikian juga pembentukan akar gigi juga membutuhkan waktu yang lebih lama, bahkan ketika gigi sudah muncul di dalam mulut, akar gigi belum seluruhnya terbentuk.

Dipaparkannya, yang harus menjadi perhatian orangtua di usia pertumbuhan anak adalah di usia enam tahun dimana di mulailah masa peralihan, karena pada usia ini mulai tumbuh gigi geraham pertama (Six years molar) yang posisinya te­pat dibelakang gigi geraham sulung/ susu. Dengan bertambahnya usia anak, gigi susu akan diganti secara bertahap sejalan dengan pertumbu­han gigi tetap.

Pada proses ini terjadi tekanan pada akar gigi sulung atau susu se­hingga terjadi resorpsi atau pengiki­san akar gigi susu dan tulang di sekitarnya.Jika akar gigi susu atau sulung dan tulang disekitarnya ter­kikis semua, maka gigi susu akan goyang (Eksfoliating).

Tapi, lanjutnya, dalam proses pergantian gigi ini, sering kali gigi sulung atau susu tidak goyang, teta­pi gigi tetap atau permanen sudah terlihat. Akibatnya jumlah gigi ter­lihat lebih banyak dan berjejal. Ke­adaan seperti ini disebut Persistensi.

“Persistensi bisa terjadi di semua jenis gigi sulung atau susu, tetapi lebih sering terjadi pada gigi seri bawah, gigi taring bawah dan atas serta gigi geraham kecil. Gam­baran seperti ini sering dijumpai pada anak-anak di usia sekolah dasar,” ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti ini.

BACA JUGA :  Ibu Menyusui Harus Tahu! Ini Dia Efek Samping Jika Bayi Kurang ASI

Gigi persistensi yang terjadi bi­asanya mengalami kegoyangan atau tidak goyang . Hal ini biasanya kare­na gigi permanent atau pengganti tumbuh tidak tepat berada dibawah gigi sulung/susu sehingga gerakan tumbuh gigi permanen tidak megi­kis atau hanya sedikit mengikis akar gigi sulung. Akibatnya gigi sulung ti­dak goyang sekalipun gigi permanen sudah tumbuh (terlihat). Solusinya adalah mencabut gigi sulung ini agar gigi tetap yang tidak pada tempat­nya segera menyesuaikan dan kem­bali berada dalam lengkung rahang yang baik.

Untuk dapat mengetahui kapan sebaiknya gigi anak dicabut, sebai­knya berkonsultasi pada dokter gigi untuk dapat penjelasan yang tepat. Karena pergantian gigi pada anak usia sekolah dasar sifatnya sangat individual (tiap anak berbeda-beda).

“Dianjurkan untuk memerik­sakan gigi anak secara berkala keti­ka mulai memasuki usia 2 tahun. Tu­juannya untuk Dental Examination dan mengajari anak untuk terbiasa ke dokter gigi,” pungkas dokter kelahiran Palu, 27 Agustus 1977 ini.

============================================================
============================================================
============================================================