agusGURU kencing berdiri murid kencing berlari, demikian pepatah lama yang sangat populis dikalangan dunia pendidikan. Sebait kalimat tersebut mengandung makna filosofis bahwa pekerjaan mendidik yang dilakukan oleh seorang guru sangatlah erat kaitannya dengan keteladanan. Hal ini memiliki konsekuensi akan tanggung jawab yang berbeda diemban oleh seorang yang berprofesi sebagai pendidik dengan profesi yang lain.

Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Guru MTs. Yamanka Kec. Rancabungur Kab. Bogor

Guru harus tampil sebagai pigur yang dapat memberikan contoh-contoh yang baik dalam kehidu­pan sehari-hari. Keberhasilnya sangat bergantung pada kualitas kesungguhan realisasi karater­istik pendidik yang diteladani, misalnya guru berpakaian selalu rapi, dalam penampilan guru juga rapi, kualitas keilmuan, kepemimpinan, keikhlasannya dan sebagainya. Dalam kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesada­ran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Tuhan dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain sebagai pengagumnya.

Keteladanan guru adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang baik, yang patut ditiru oleh anak didik yang dilakukan oleh seorang guru didalam tugas­nya sebagai pendidik, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan dalam kehidu­pan sehari-hari oleh murid, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Keteladanan guru dalam pen­didikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mem­persiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam panda ngan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bah­kan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaan­nya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersi­fat material, inder­awi, maupun spiritual. Meskipun anak berpotensi besar untuk meraih sifat-sifat baik dan menerima dasar-dasar pendidi­kan yang mulia, ia akan jauh dari kenyataan positif dan terpuji jika dengan kedua matanya ia melihat langsung pendidikan yang tidak bermoral. Memang yang mudah bagi pendidik adalah mengajar­kan berbagai teori pendidikan kepada anak, sedang yang sulit bagi anak adalah mempraktek­kan teori tersebut jika orang yang mengajar dan mendidiknya tidak pernah melakukannya atau per­buatannya tidak sesuai dengan ucapannya.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Terdapat korelasi positif anta­ra keteladanan guru dan kepriba­dian siswa, yang oleh Johnson digambarkan sebagai “No matter how brilliant your plan, it won’t work if you don’t set an exam­ple” (bagaimana pun briliannya perencanaan anda, itu tidak akan berjalan jika tidak dibarengi den­gan keteladanan). Karena itu, guru dipandang sebagai sumber kete­ladanan karena sikap dan perilaku guru mempunyai implikasi yang luar biasa terhadap siswa.

Keteladanan guru harus di­tanamkan ke pada peserta didik yang mencakup pada tiga as­pek. Pertama, Integritas; dapat didefinisikan sebagai “wholeness, completeness, entirety, unified”. Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dalam seluruh aspek hidup, khususnya antara perkata­an dan perbuatan. Seringkali kita menggunakan kata integritas, eti­ka, dan moralitas secara bergan­tian untuk menun­jukkan maksud yang sama. Padahal secara sederhana, etika adalah standar tentang mana yang benar dan salah, baik dan ja­hat. Apa yang kita pikir benar dan baik, itulah etika kita. Sedangkan moralitas adalah tindakan aktual tentang hal yang benar dan salah, baik dan jahat. Jadi, kalau etika ada di level teoretik, maka mo­ralitas ada di level praktik. Integ­ritas sendiri adalah integrasi an­tara etika dan moralitas. Dengan demikian, integritas dapat meng­hasilkan sifat keteladanan seperti kejujuran, etika, dan moral.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Kedua, Profesionalitas; adalah suatu jenis yang berkaitan dengan bidang (keahlian, keter­ampilan, teknik) tertentu. Maka guru profesional adalah guru yang memiliki idealisme, komit­men, kualified, kompeten, tang­gungjawab, prediktif, analitik, kreatif, dan demokratis. Siswa yang menjadikan guru sebagai idola akan berusaha untuk men­contohi dan meneladani sifat-si­fat professional ini dalam bertin­dak dan bertutur.

Ketiga, Keikhlasan; Nampak­nya integritas dan profesionalitas saja belum dapat membangun per­sonalitas guru yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik, tetapi harus melibatkan keikhla­san yang terlahir dari hati yang bersih dan akhlak yang terpuji. Keikhlasan adalah suatu kondisi jiwa yang termotivasi secara internal untuk melakukan suatu per­buatan atas dasar peny­erahan diri ke pada Tuhan Yang Maha Esa, bukan karen­amotivasi eksternal ingin dilihat dan didengar, mendapatkan pu­jian serta kedudukanyang tinggi dari orang lain.

Semoga ketiga aspek kete­ladanan senantiasa tercermin dalam setiap ucapan dan per­kataan, sikap dan perbuatan sehari-hari bagi siswa dimanapun dan kapanpun berada. Semoga.

============================================================
============================================================
============================================================