Pemerintah Indonesia mulai terlibat serius dalam pembahasan sistem perbankan dan keuangan syariah global. Hal ini dibuktikan dengan dikirimnya delegasi ke Konferensi Perbankan dan Keuangan Syariah yang digelar di Kota Suci Mekah, Arab Saudi.
Oleh : Winda Herviana
[email protected]
Delegasi Indonesia diwakili RifÂki Ismal dari Bank Indonesia, Hafas Furqani dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Aceh, Dian Masyita dari Universitas PadjadjaÂran Bandung, dan Murniati Mukhlisin mewakili STEI Tazkia Bogor.
“Konferensi internasional tentang perbankan dan keuangan syariah akhir-akhir ini sering diadakan di berbagai negara,†kata dosen di Universitas EsÂsex, Murniati Mukhlisin, yang mewakili STEI Tazkia, London, Rabu (9/3/2016).
Konferensi pertama pada awal 2016 dimulai The First International Conference on Islamic Banking and Finance (ICIBF) di Mekah. “Konferensi kali ini menyedot hampir seribu pemiÂnat. Namun yang berhasil lolos seleksi hanya 60 orang,†ujar Ketua Panitia ICIBF 2016 yang juga Dekan College of Islamic Banking and Finance, Salah Alagla.
Tema yang diusung adalah efisiensi dan stabilitas keuangan yang mencakup topik-topik syariah, dari manajemen resiko, analisis ekonomi, pasar modal, keuangan mikro, akuntansi, regulasi, hingga isu seputar manajemen.
Pakar keuangan syariah terkenal, seperti Taqi Usmani, Muhammad Abdul Manan, Monzer Kahf, M. Fahim Khan, Mehmet Asutay, dan M. Kabir Hassan, turut hadir dalam acara.
Murniati mengatakan, Universitas Umm Al-Qura, yang baru membuka program perbankan dan keuangan syaÂriah dua tahun lalu, akan meluluskan banyak lagi pakar yang fasih berbahasa Arab dan penghafal Al-Quran yang juga menguasai bidang keuangan syariah. Dia mengatakan yang tidak kalah pentÂingnya adalah para lulusan ini dibekali pendidikan akhlak yang baik, yang dapat membawa industri keuangan syariah menjadi makin efisien, stabil, dan syariah.
Aisyah Amin, seorang mahasiswi asal Indonesia yang juga alumni STEI Tazkia Bogor, mengatakan, selain biaya pendidikan gratis, mahasiswa juga diÂberikan uang tunjangan hidup sebesar SAR 800 atau sekitar Rp 2,4 juta tiap bulan.
Dengan bantuan berbagai sponsor, panitia menyiapkan biaya tiket, penginaÂpan, fasilitas antar-jemput, dan kesemÂpatan menunaikan ibadah umrah menÂjadi penghargaan bagi para pakar dan peneliti yang hadir. (/net/tempo.co)