SALAH satu hal penting yang mesti mendapat perhatian kita kini adalah membangun kesadaran kolektif untuk bergerak memajukan Bogor secara khusus dan Jawa Barat pada umumnya. Tak usah tergoda, apalagi sekadar terpesona oleh kegenitan-kegenitan segelintir orang yang tak tahu diri, sibuk dengan ambisinya berkuasa
Bang Sem Haesy
KITA di Bogor bisa berteriak kepada siapa saja yang sedang menggadang-gadang diri meÂmimpin Jawa Barat, buktikan dulu apa yang sudah kalian berikan bagi kemajuan Bogor. Bagi kita, sudah jelas kriteÂrium, siapa Ki Sunda (bukan Nyi Sunda), nu kudu mingpin Jawa Barat ke depan.
Ki Sunda adalah sosok pemimpin yang memenuhi seluruh kriteria kepemimpÂinan dalam budaya dan perÂadaban Sunda. Karena Ki Sunda merupakan pemanÂdu jalan menuju ke jaman gemah ripah kerta raharja. Dia adalah pemimpin yang, seperti sudah diisyaratkan dalam arÂtikel terdahulu, kudu Kewes pantes tandang gandang (Layak dan Patut seÂbagai pemimpin); Sinatria pilih tandÂing (Sanggup berkompetisi, seraya sanggup menghadapi dan memecahÂkan masalah); Handap asor pamakena (Santun – beradab dan berkeadaban, tidak pongah); Nyarita titi rintih (KoÂmunikatif, mudah difahami ucapanÂnya, dan menunjukkan egaliterianÂisma); Ati-ati tur nastiti (cermat lagi teliti); Mun nyaur diukur-ukur (MeÂmiliki pertimbangan masak ketika memberi perintah); Nyabda diungÂgang-unggang (Dalam menyampaikan pendapat penuh pertimbangan, tidak asal bunyi); Bubuden teu ieu aing (TiÂdak congkak tidak jumawa).
Pemimpin sebagaimana kriterium Ki Sunda, memiliki tolok ukur peranÂgai positif: Montong teuing kanu sejen ka dirina inyana sorangan oge tara bohong (jujur sejujur-jujurnya dan pantang berbohong); Tara sirik, tara jail, tara hasud najan ka musuh (MamÂpu berbaik sangka dan berbaik laku, walaupun kepada musuh, alias selalu bertindak fair); Hade lampah, hade peta, hade ucap, hade budi (berbudi luhur dengan segenap kemampuan akal budi yang dimilikinya, sehingga mampu memuliakan orang lain lebih dulu); Pangaweruh jeung pangartina mudu mapadanan (kemampuannya memahami realitas dan memberikan solusi terbaik berpadanan).
Indikator-indikator kepemimpiÂnan itu sangat penting menjadi ruÂjukan kita sebagai rakyat, agar kita menjadi subyek dalam keseluruhan proses pengelolaan pemerintahan dan institusi sosial. Kita tidak boleh membiarkan berlangsungnya domiÂnasi rekayasa politik dalam proses peÂmilihan pemimpin.
Rekayasa politik yang menjelma dalam berbagai bentuk mitos-mitos hasil survey, seringkali menyebabkan kita hanya menjadi sapi ompong dan hanya bisa terlongong menyaksikan kerusakan yang ditimbulkan oleh kepemimpinan mereka (yang tak layÂak memimpin), kelak. Bila kita memÂbiarkan, terjadinya proses pemilihan yang tidak sesuai dengan kriteria kepemimpinan khas Pakuan, maka kita hanya akan menjadi bagian dari masyarakat rungsing.
Masyarakat rungsing yang akhÂirnya terjerumus pada keyakinan orang-orang frustrasi. Karena di jaÂman yang serba penuh rekayasa sekarang ini, siapa saja yang pandai merajuk hati rakyat, bisa menjadi pemenang.
Akibatnya orang yang tak layak, tak patut, dan tidak memenuhi kriÂteria juga bisa saja jadi pimpinan (nu gebleg oge, bisa bae jadi raja).