JAKARTA, Today – Kompetisi yang belum bergulir lagi mem­buat M. Fachrudin, mantan pemain Persik Kediri, harus ban­ting setir.

Pria asal Desa Ngabang Tanggulangin Sidoarjo itu beru­saha untuk tetap menghidupi anak dan istrinya dengan ber­jualan kepiting cepat saji.

Medio Januari lalu Persik yang merupakan klub tempat­nya bernaung sudah dibubarkan menyusul kegagalan mengi­kuti kompetisi ISL 2015. Para pemainnya, termasuk M. Fach­rudin, dipulangkan.

Setelah itu pria kelahiran Tanggulangin Sidoarjo 14 April 1982 tersebut juga belum bisa mencoba peruntungan di klub lain karena adanya pembekuan PSSI oleh Kemenpora, disu­sul dengan sanksi FIFA kepada PSSI. Fachrudin sempat main sepakbola antar kampung (tarkam) di sejumlah daerah demi membuat dapur tetap nge­bul. Namun, setelah agenda tarkam habis karena datangnya bulan Ramadan, dia pun beralih profesi.

“Sejak saya diputus kontrak, langsung berpikir bahwa pesepakbola itu belum tentu atau belum jelas untuk masa depan. Kemudian saya memutuskan untuk berjualan kepit­ing,” ujarnya kepada detikcom.

Mengandalkan sepeda motor atau mobil, M. Fachrudin menjajakan kepiting dagangannya dalam kemasan siap saji. Pembeli pun tidak perlu menunggu lama untuk menyan­tapnya.

BACA JUGA :  Bogor Football School, Wadah Anak-anak Kembangkan Sepak Bola

“Kepiting asli Sidoarjo, lain dengan kepiting dari daerah lain. Kepiting asam manis masakan saya ini tidak menggu­nakan bumbu masak instan, bumbunya buatan sendiri,” ucapnya berpromosi. Fachrudin mengaku menikmati profesi barunya ini. Namun, ia masih memendam keinginan untuk kembali berkecimpung di dunia sepakbola.

“Kalau nanti kemelut sepakbola sudah selesai dan ada yang meminang saya pun siap,” kata pemain yang juga per­nah memperkuat Arema Malang, Sriwijaya FC, Persisam, dan Deltras tersebut.

Senada diungkapkan oleh Bek Arema Cronus Hendro Siswanto yang mempunyai kesibukan baru dengan memban­tu sang istri berjualan hijab.

Bisnis itu digelutinya sekaligus untuk membantu pemasu­kan di tengah vakumnya kompetisi.

Hendro berbisnis hijab bersama sang istri, Adirsti Dyah, sejak kompetisi dihentikan. Bisnis itu dipilih lantaran saat ini hijab memang sedang trend di kalangan wanita muslimah.

Hendro mengaku bahwa bisnis ini mengikuti jejak sang kakak yang lebih dulu menjual hijab di Tuban.

BACA JUGA :  Basket Ramadan Cup 2024, Siapkan Atlet Berprestasi

“Awalnya itu karena kakak saya yang duluan jualan hijab di Tuban, lalu saya sama istri ikut coba-coba jadi keterusan deh,” ungkap Hendro kepada detikSport, Rabu (24/6/2015).

Hendro memiliki dua cara untuk menjajakan barang da­gangannya itu, yakni melalui online dan berjualan langsung di rumahnya di jalan Kesatrian dalam nomor 6, kota Malang. Pemain 25 tahun itu memilih menggunakan brand HS12 yang mengambil dari namanya Hendro Siswanto atau HijabStore12.

“HS itu maksudnya, Hendro Siswanto atau hijab store. Kalau angka 12, itu tanggal kelahiran saya,” ungkap pemain yang pernah memperkuat Persela Lamongan itu.

Hendro mengaku penghasilan yang didapatkan dari ber­jualan hijab tersebut cukup lumayan. Uang itu digunakan­nya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, apalagi sejak kompetisi dihentikan membuat pemasukannya juga berkurang.

“Ya, lumayan-lah usaha kecil-kecilan gini bisa bantu buat makan sehari-hari. Tapi dinikmatin aja kok,” katanya.

(Imam/net)

============================================================
============================================================
============================================================