Dibukanya pasar bebas mulai Januari 2016 membuat pengusaha jasa konstruksi di Bogor mulai ketar-ketir. Potensi adanya ekspansi kontraktor asing ke Bogor tentunya membuat pengusaha mulai waspada. Apa saja persiapan mereka?
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH | YUSKA APITYA AJI
[email protected]
Anggota Forum Pengusaha Jasa Konstruksi Kota Bogor, Ade MashuÂdi, mengaku khaÂwatir dengan ekspansi kontrakÂtor asing dan nasional masuk ke meja lelang pengadaan Kota Bogor. “Kami akui ada kekhaÂwatiran. Jelas kalau jam terÂbang, mereka lebih menang. Tapi, nanti kami akan minta koordinasi agar kontraktor loÂkal tetap bisa eksis. Ya, bisa koordinasi sub pekerjaan atau sub kontraktor. Itu bisa dikomitmenkan kedepannya,†kata dia, kemarin.
Terpisah, Ketua Forum Jasa Kontruksi Kota Bogor, Andre Indriadi, mengaku siap bersaÂing. “Kami siap. Ini sudah menÂjadi konsekuensi. Pada intinya, kami akan melakukan perbaiÂkan kualitas kinerja,†kata dia.
Terpisah, Ketua Gapensi KaÂbupaten Bogor, Enday Dasuki mengungkapkan, persaingan tidak akan berbeda jauh dengan saat ini. Hanya saja, pengusaha lokal harus lebih pandai dalam mengemas pengajuan proposal serta penekanan harga jika ingin mengerjakan sebuah proyek.
“Saya rasa sama saja. Tidak terlalu signifikan yah. MungÂkin, persaingan keras akan sangat terasa di level nasional. Tapi kalau daerah sepertinya tidak terlalu dominan pengusaÂha luar itu,†kata Enday kepada Bogor Today, Rabu (10/2/2016).
Jadi, kata Enday, Gapensi Kabupaten Bogor siap untuk bersaing dengan kontraktor manapun dan pekerjaan apaÂpun asalkan semuanya sesuai, mulai dari harga, spesifikasi dan durasi pengerjaan yang diÂingin si empunya proyek. “Iya, kami siap kok. Kenapa tidak,†tegasnya.
Ungkapan Enday seolah mementahkan ungkapan KetÂua Gapensi Jawa Barat, Susilo Wibowo, jika pengusaha jasa konstruksi di Tanah Pasundan bakal sulit bersaing dengan pengusaha luar yang bakal maÂsuk ke Indonesia dalam mengÂhadapi MEA.
Ia mengatakan, dari delapan ribu pengusaha, hanya 33 dianÂtaranya yang masuk kualifikasi skala besar. “Ini adalah peluang untuk jasa konstruksi, namun kita maklumi di antara jasa konÂstruksi yang ada di Jabar. KebanÂyakan badan usaha jasa konÂstruksi di Jabar ini kualifikasinya kecil,†ujar Susilo dalam acara Musda XII Gapensi di Ballroom Hotel Grand Pasundan.
Susilo mengatakan, di Jabar ada pembangunan dalam skala besar yaitu Waduk Jatigede, bandara internasional Jabar (BIJB), pelabuhan di pantai utara dan 11 jalan tol. Dari sekiÂtar delapan ribu pengusaha jasa konstruksi di Jabar, hanya 33 yang tersertifikasi sebagai badan usaha kualifikasi besar.
“Ketika MEA diberlakukan, badan usaha jasa konstruksi yang kecil ini keterbatasan SDM, informasi teknologi konÂstruksi terbatas, serta belum berpihaknya kebijakan, perizÂinan, perbankan dan permodaÂlan,†tuturnya.
Padahal, kata dia, MEA merupakan peluang yang baik untuk memperluas pangsa pasar di tengah tantangan deÂrasnya tenaga konstruksi asing serta barang impor.â€Dengan kekuatan modal terbatas dan tenaga ahli yang hanya sampai tingkat muda bukan tingkat madya, ini menjadi pilihan suÂlit. Mau tidak mau harus hadapi MEA,†kata Susilo.
Ia berharap, Pemprov Jabar bisa meningkatkan program pendidikan dan pelatihan bagi para pelaku jasa konstruksi meÂlalui Dinas Pemukiman dan PeÂrumahan. “Kami mohon supaÂya Pak Gubernur mencarikan solusi atas kendala tersebut,†tuturnya. (*)