JAKARTA TODAY- Penyaluran kredit bank-bank asing rontok 8,9 persen pada Juli 2016, yaitu dari Rp283,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi hanya Rp258,29 triliun. Realisasi ini di bawah pencapaian industri bank umum yang masih membukukan kenaikan 7,57 persen.

Tidak cuma itu, bahkan pencapaian bank asing tersebut jauh di bawah harapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang membidik pertumbuhan bank umum bisa double digit. Namun demikian, belum ada bank-bank yang merevisi target.

“Secara resmi, bank-bank belum mengajukan adanya perubahan target kredit dari Rencana Bisnis Bank (RBB),” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Bank OJK Nelson Tampubolon, kemarin.

Menilik laporan keuangan sejumlah bank asing, pertumbuhan kendur penyaluran kredit terjadi setidaknya di tiga bank asing kelas dunia. Yaitu, Citibank Indonesia, HSBC Indonesia, serta Standard Chartered Bank Indonesia.

BACA JUGA :  Cemilan Selesai Teraweh, Pisang Goreng Madu yang Simpel dan Praktis

Citibank membukukan penurunan kredit 2,72 persen atau menjadi Rp40,35 triliun pada Juli 2016. Sementara, penyaluran kredit HSBC anjlok 22,4 persen menjadi Rp49,97 triliun, dan kredit Standard Chartered melorot 17,6 persen menjadi Rp24,66 triliun.

Batara Sianturi mengakui, kondisi ekonomi yang masih lamban bergerak tumbuh membuat pelaku bisnis lebih berhati-hati dan cenderung menunggu iklim usaha stabil untuk menarik kredit bank. “Kami melihat, ada penurunan kredit dan ini umum untuk semua perbankan. Data terakhir untuk pertumbuhan sektor perbankan masih di bawah 10 persen. Jadi, memang korporasi wait and see,” ujarnya, belum lama ini.

BACA JUGA :  Penemuan Mayat dengan Memar di Kepala-Darah di Mulut Gegerkan Warga di Patuk Gunungkidul

Hingga paruh pertama tahun ini, sambung Batara, nasabah individu maupun korporasi lebih banyak memanfaatkan fasilitas pembiayaan ulang (refinancing) ketimbang menarik kredit baru. Fasilitas refinancing diyakini mampu mengoptimalkan beban keuangan perusahaan di tengah lesunya bisnis. “Jadi, belum ada new money (kredit baru) untuk kredit modal kerja atau kredit investasi,” kata dia.

Melihat kondisi ini, pertumbuhan kredit bank yang bermarkas di Amerika Serikat tersebut kemungkinan sejalan dengan prediksi Bank Indonesia (BI) yang meramalkan pertumbuhan kredit bank umum hanya akan berkisar 7-9 persen hingga akhir tahun nanti.(Yuska Apitya/dtk)

============================================================
============================================================
============================================================