PT Bank Mandiri Tbk menilai permintaan kredit properti masih akan melambat meski Bank Indonesia bakal memberikan relaksasi dalam penerapan uang muka
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]
Direktur Konsumer Bank Mandiri Hery Gunardi menyambut baik rencana pelongÂgaran loan to value untuk ruÂmah pertama. Menurutnya, kebutuhan rumah tersebut masih sangat tinggi sementara ketersediaan rumah masih sanÂgat terbatas.
“Dengan adanya relaksasi di LTV, diharapkan penjualan rumah pertama meningkatÂkan. Kalau rumah kedua dan ketiga, mungkin masih ada risiko, sebab dilakukan untuk investasi,†ungkapnya, Rabu (27/5/2015).
Bila BI melakukan relaksasi di pertengahan tahun ini, kata Hery, akselerasi akan terjadi 3 bulan hingga 5 bulan setelah keÂbijakan tersebut diluncurkan. Sehingga potensi penambahan kredit properti pascarelaksasi LTV hanya satu persen pada tahun ini.
Namun, mengingat kebutuÂhan rumah mencapai 15 juta unit, dia memprediksikan poÂtensi peningkatan yang signifiÂkan akan terjadi pada tahun depan. Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan adalah daya beli masyarakat.
Menurutnya, pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) tidak hanya bergantung pada kebijakan LTV, akan tetapi tergantung pada daya beli masyarakat, kondisi ekonomi dan faktor kondisi ekonomi doÂmestik.
Di tengah kondisi ekonomi masih mengalami perlambatÂan, emiten berkode BMRI ini juga menerapkan debt burden ratio (DBR), untuk menjaga kualitas aset. Menurutnya, cara tersebut cukup ampuh untuk mencegah terjadinya non perÂforming loan (NPL). Adapun DBR yang diterapkan persÂeroan yakni 40 persen dari penghasilan.
Hingga Maret 2015, penyaluÂran kredit ke sektor perumaÂhan Bank Mandiri mencapai Rp26,2 triliun, atau tergerus 1,81 persen dari posisi Rp26,69 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, NPL sektor properti pada kuartal I/2015, kata Hery, masih cukup terjaga yakni di bawah dua persen.